CHIP
ROBOT PART II
Aku terkejut
saat melihat sepatu yang nampak baru berwarna coklat itu pikirku langsung
melayang dan berpikir itu adalah sepatu kakakku yang pernah ditunjukannya,
“hei,
sepatu apa maksudmu? ” tanyanya
mengejutkanku,
“itu sepatu yang sama dengan milik kakak”
jawabku sepontan,
“kakak
siapa? Memangnya siapa kakakmu?” tanyanya dengan sedikit ragu,
“kakakku panji” jawabku tertunduk lesu,
“refi? Apa kau refi?”tanyanya sambil keluar
dari sudut yang gelap itu lalu membuka topengnya,
“kakak? Kenapa kakak bisa tertangkap? Aku
senang bertemu dengan kakak” kataku sambil memeluknya,
“apa yang terjadi denganmu? Bagaimana bisa
kau bertahan berjam – jam di portland dan..dan bagaimana dengan
chip itu?”,
“aku dengan riski sembunyi di bawah tanah,
chip itu ada di riski dan sekarang dia entah dimana, kakak sendiri kenapa
tertangkap?” tanyaku,
“aduh.. kacau jika mereka berhasil
mendapatkannya maka seluruh dunia akan di bawah kekuasaan pemberontak itu, ada
hal yang harus...”,
Tiba – tiba suara riuh terdengar dari arah
ujung lorong, suara langkah kaki itu terdengar dari tempat kami duduk, kami
langsung melihat ke arah mereka,
“empat orang ku lihat” kataku,
“bukan” kata kakakku, aku langsung melihat ke
arahnya,
“yang 2 di belakang itu adalah robot, dan
yang 2 di depan adalah kaki tangan pemberontak itu” lanjutnya, aku pun menelan
ludahku dan kembali mengarahkan pandangannya pada mereka,
Mereka mendekat dan semakin memdekat,
“sepertinya mereka mau kesini” kataku lagi,
aku sedikit ketakutan,
“refi dengar! Kamu harus keluar dari sini dan
cari riski dan chip itu” katanya,
“caranya kak?” tanyaku,
“kita susun rencana, mereka ke sini untuk
membawa kakak dan kamu diam saja disisi pintu ini, bilang kalau kamu mau apalah
terserah kamu, lalu jika kakak beri aba – aba kamu lari ke arah ujung lorong
itu, kau mengerti?” jelasnya panjang,
“tapi bagaimana dengan kakak?” tanyaku,
“tidak usah pikirkan kakak, kakak akan baik –
baik saja disini yang harus kamu lakukan hanyalah keluar dari sini dan
selamatkan dunia” katanya,
“kakak..” aku memeluk kakak dan dia pun
memelukku, mataku berkaca kaca dan sedikit meneteskan air mata,
“dengar refi, kakak sayang padamu kakak tidak
mau melihat kau disini menderita, kakak memang bukanlah kakak yang baik tapi
kakak akan melakukan apa yang terbaik untukmu” kata – katanya membuatku
tersentuh, tangannya yang berdebu memeluk erat tubuhku,
“baiklah” katanya sambil melepaskan
pelukannya,
“kamu ikuti rencana kakak ya dan ini ada sapu
tangan pelindung mungkin bisa membantu dan satu hal yang perlu di ingat gunakan
your mind” pesannya padaku,
“bersiaplah” lanjutnya,
“iya kak” ucapku,
Kakak kembali memasangkan topeng ke wajahnya,
kami berlaga seolah kami tidak kenal satu sama lain,
“buka!” perintah salah satu dari mereka, 2
robot mendekat ke arah ke arah penjara kami dan membuka pintu jeruji besi itu,
“bawa dia” katanya lagi sambil menujuk ke
arah kakak, kakak terlihat kesakitan saat dia di ikat dengan borgol besi,
“maaf, boleh aku menginginkan sesuatu?”
kataku dengan ragu – ragu,
“apa yang kau inginkan anak kecil?” katanya dengan nada yang menekan,
“aku ingin pipis” kataku polos,
“pipis saja disana bocah” kata orang yang bersamanya,
“biarlah anak kecil ini pipis ke WC sana, robot antar anak ini ke WC sana” kata orang yang tadi,
“Siasatku berhasil” teriakku dalam hati,
Tiba – tiba suara gaduh terdengar di
belakangku, kakak menggeliat dari belenggunya dan melawan para robot dengan
kakinya, salah satu robot tersungkur lalu robot – robot lain berdatangan,
“robot penjaga! robot penjaga!” teriak salah
satu laki – laki tadi, sedangkan yang satunya sedang melawan kakakku, kakakku
hanya menghindari serangannya, suasana semakin riuh saat semua tawanan di
penjara berteriak menyemangati kakakku dan suara banyak langkahan kaki
sekelompok robot mulai terdengar di
sekitar ujung lorong,
“refi sekarang!” teriak kakakku, aku pun
memukul robot yang bersamaku walaupun pukulan itu tidak berarti apa – apa
baginya tetapi setidaknya aku lepas dari genggamannya, suara alarm darurat
berbunyi menambah gaduh lorong sempit itu, aku bergegas lari meninggalkan
tempat itu secepat yang ku bisa, robot tadi mengejarku dan menembakiku aku
hanya lari dan berusaha menghindari sinar laser yang robot itu tembakan, aku
pun sampai di ujung lorong terdengar dari arah kananku sekelompok robot itu
sudah tinggal beberapa langkah aku mengambil jalan kiri ternyata para robot itu
mengetahui keberadaanku dan langsung menembakiku seperti halnya tadi aku hanya
berlari dan berusaha menghindari tembakan,
“jalan buntu” kataku tercengang melihat ada 2
kelompok robot yaitu robot Droid dan
robot cyborg dari arah depanku, sedangkan dari arah
belakangku robot – robot itu terus berlari mengejarku mereka semakin dekat dan
semakin agresif menembakiku, aku pun mengandalkan sapu tangan pemberian kakakku
yang telah aku aktifkan untuk menahan tembakan mereka sambil aku memikirkan
untuk lepas dari ujung tanduk ini, sapu tangan itu memancarkan semacam perisai
berwarna kebiruan dari tengah tengahnya dan ada semacam pegangan dibaliknya
selain itu sapu tangan ini juga mengeras saat digunakan,
“nah
itu ada ventilasi” kataku, aku pun berusaha membukanya tetapi ventilasi udara
ini sangat kuat menempel, mereka mendekat dan berhasil mengepungku dan semua
penjuru,
“habislah aku” kataku lalu aku terdiam
menatap robot robot di sekelilingku,
Tiba tiba aku teringat sesuatu, ya kata –
kata kakak tadi memberiku ide,
“kalau sapu tangan ini bisa di jadikan
perisai berarti sapu tangan ini kuat dan bisa membuka ventilasi ini” kataku dalam
hati, aku pun menghempaskan sapu tangan itu ke ventilasi dan akhirnya ventilasi
itu pun terbuka walaupun dengan kerusakan yang lumayan, aku pun bergegas masuk
ke dalam lorong ventilasi para robot itu menembakiku dari luar ventilasi aku
pun mengarahkan perisai sapu tangan ke arah mereka dengan tangan kananku
sementara tangan kiriku bergerak merangkak bersama kakiku menyusuri lorong
kecil, aku pun akhirnya bisa kabur dari para robot itu saat aku menemui belokan
dan aku pun menonaktifkan sapu tangan pemberian kakakku itu, aku terus
menyusuri lorong ventilasi ini dan akhirnya menemukan jalan keluar.
Aku keluar dengan mendorong ventilasi yang
sudah usang ke atasku, aku pun naik dan aku berada di dalam sebuah rumah yang
tidak aku kenali, aku pun keluar rumah itu dan aku melihat disekeliling rumah
ini hanya ada hutan lebat, yang penuh dengan pepohonan,
“dimana ini? Tempat apa ini?” aku mulai
bertanya – tanya,
“apa mungkin ini west forest and wooden forest?” tanyaku lagi, west forest and wooden forest atau sering di singkat WF2 adalah dua nama hutan yang bersatu,
dulunya kedua hutan itu terpisah oleh tebing tetapi tebing itu telah roboh dan
membuat kedua hutan itu meluas dan akhirnya menyatu,
“aku yakin ini adalah hutan WF2 dilihat dari ciri fisiknya, ya aku
sangat yakin dan sekarang ini aku ada di pinggiran hutannya” lanjutku, aku pun
berusaha mencari jalan keluar dari hutan itu karena hutan ini belum pernah
terjamah sama sekali walau pun peradaban sudah canggih, aku pun menemukan
sungai yang mengalir jernih dengan rimbunan pohon di sekelilingnya, airnya
mengalir tenang dengan warna kehijauan
banyangan dari pohon – pohon di sekelilingnya, aku pun membersihkan diriku yang
kotor ,
“aku harus bergegas” kataku segera pergi dan
akhirnya menemukan jalan keluar di sebuah jalan di pinggiran hutan,
“aku tahu jalan ini, jalan ini sering aku
lewati dan..” tiba tiba aku teringat saat aku dan riski pada malam itu,
*flashback
.....“kamu mau apa sih menyuruh aku datang
malam malam begini?” tanyaku pada riski,
“aku ingin menunjukan kamu sesuatu yaitu desa
woodenpest, disanalah kita akan tinggal jika sewaktu –
waktu para pemberontak menyerang ke kota ini” jelasnya,
“desa woodenpest ? seberapa jauh dari sini? Dan bagaimana cara kita ke sana?”
tanyaku bertubi – tubi,
“iya sekitar 3 Km dari kota Portland, nanti aku tunjukan tempatnya, tenang aku sudah pikirkan caranya
yaitu munggunakan teleport punya
ayahku ini” katanya sambil menujukan teleport
yang ada di belakangnya,
“wow.. ayahmu menyimpan teleportnya disini, lalu bagaimana jika desa itu juga di
serang?”ucapku,
“itulah yang belum aku pikirkan” jawabnya,
“mana petanya?” tanyaku,
“oh ini” jawabnya singkat, aku pun melihat
setiap jalan yang akan di lalui serta peta dari kenampakan dari atas dengan hologram map 3D......
*flashback end
Tiba – tiba dari arah belakang terlihat
sebuah flying tank melaju aku pun
sembunyi di balik semak – semak flying
tank itu pun berhenti,
“refi, ref ini aku, riski” kata orang itu,
“riski?”aku pun bangkit dan menghampirinya,
“kau tidak apa – apa? Bagaimana kau bisa
lolos?” tanyaku,
“ya, aku berhasil melarikan diri dari mereka
di bantu Dogbot dan aku tidak
menolongmu karena aku juga tidak ingat apapun, dogbot pun membawaku ke hutan dan ini roof” jelasnya,
“roof! aku merindukanmu, bagaimana dengan chip itu?”
ucapku,
“aman, chip itu ada disakuku” katanya,
Tiba – tiba seseorang berbadan kekar dan
berwajah garang datang bersama 3 orang temannya,
“oh... jadi ini yang dicari oleh pemberontak
itu, ini bisa menjadi keuntungan buatku” katanya sambil tertawa,
“iya boss untukmu dan kami” ucap seorang
berambut ikal sambil tertawa bersama yang lainnya,
“bawa chip itu!!” suruh orang berbadan kekar
itu,
“berikan chip itu nak!” kata orang berambut
ikal,
“tidak akan” kata riski,
Kami pun terlibat perkelahian dengan mereka,
kami dibantu Dogbot dan roof tak gentar sedikit pun, tetapi ada hal aneh
yang membuatku waspada yaitu salah seorang dari mereka yang berkaca mata hanya
melihat kami bertarung, tetapi aku segera menepisnya.
Serangan demi serangan dilancarkan mereka
menggunakan senjata pistol biasa dan kami menggunakan perisai, tentunya aku
masih menggunakan sapu tangan itu, salah satu dari mereka mendekat dan menembaki
Dogbot,
“Dogbot!!”
teriak riski yang melihat Dogbot diserang
yang menghancurkan sistemnya, riski pun menghampiri Dogbot dan merangkulnya, tanpa diduga orang yang semula diam itu
bergerak dari arah belakang riski membawa tongkat baseball dan mengangkatnya tinggi tinggi,
“riski awas di belakangmu!!!” teriakku pada
riski, dia pun menoleh ke arah belakangnya aku pun menyapukan perisaiku ke arah
orang kekar yang terus menembakiku sampai dia terhempas ke jalanan dan bergegas
menyelamatkan riski, tetapi terlambat sudah tongkat itu telah menyentuh riski
dan membuatnya tersungkur di atas Dogbot
yang di genggamnya orang itu langsung membalikan badan riski dan menggeledah
sakunya,
“aku dapat!!” teriaknya, sambil mengacungkan
chip robot itu,
Aku pun berlari dan berniat menghempasnya
dengan perisaiku tetapi orang kekar tadi bangkit dan menodongkan pistolnya ke
arahku, aku tak sempat menghindar tanganku tertembak dan aku mengaduh kesakitan
aww... aku terjatuh tak berdaya
melihat orang orang itu pergi membawa chip itu dengan flying tank yang dibawa riski mereka tampak tertawa riang menjauh
dari pandangan, mungkin hanya roof yang masih berdiri. Beberapa menit berlalu
datanglah kakek tua dari arah hutan dan menolong kami tapi kakek tua itu mirip
dengan seseorang yang menjadi kaki tangan sang pemberontak di penjara tadi.
“jangan jangan... kakek ini?” kataku dengan
nada terbata bata,
“ya, aku adalah ayah dari kaki tangan
pemberontak itu” jawabnya sambil tertawa – tawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar