Selasa, 28 April 2015

CHIP ROBOT (PART I)

CHIP ROBOT PART I

Malam ini aku berjalan menyusuri sepanjang trotoar, di balik kelamnya ternyata menyimpan banyak pesona, jarang jarang aku bepergian malam hari, ya aku sedang berjalan pulang ke rumah setelah tadi aku ke rumah temanku, sebenarnya aku sedikit takut berpergian malam hari karena akhir – akhir ini ada pemberontakan di beberapa kota tetangga tapi apa daya aku harus menemui temanku yang memerlukan bantuanku, baru saja aku membuka pintu aku melihat kakak sedang duduk diatas sofa dan memajang sepatu kulit barunya yang berwarna coklat di atas kursi sambil tiduran dan menonton TV,
 “dari mana saja kamu?” tanyanya langsung menyapa,
 “dari rumah teman” jawabku,
“kalau main jangan sampai larut kayak gini” lanjutnya,
“iya iya aku juga jarang ke luar kalau tidak ada kepentingan” jawabku santai,
“lalu untuk apa kamu ke rumah temanmu? Ada kepentingan apa?” tanyanya mengejutkanku,
“dia nunjukin sesuatu yang katanya tidak bisa di tunggu tunggu” jawabku,
“apa?”dia bertanya dengan tatapan mata penuh penasaran,
“ah itu rahasia kami, kakak kapan pulangnya?” kataku sambil melihat ada yang beda darinya, aku pun memperhatikan setiap bagian tubuhnya,
“itu sepatu baru ya?” lanjutku,
 “tadi jam 9, iya kamu mau?” jawabnya santai sambil melihat sepatunya,
“oh..tidak kak, sudah ya kak aku ke kamar dulu” aku pun berjalan menuju kamar,
itulah kakakku dia memang jarang pulang ke rumah jadi aku tinggal sendiri, sejak kecil aku hidup bersama kakakku tetapi sejak 7 tahun yang lalu dia jarang di rumah karena suatu pekerjaan yang aku sendiri tidak mengetahuinya aku pernah menanyakan tentang pekerjaannya itu, tapi dia bilang tidak akan memberitahukannya, aku tidak berani lagi bertanya tentang hal itu aku takut kakak tidak mau pulang ke rumah jika aku tanya terus menerus.

Berita terkini, terjadi penyerangan robot di pusat kota Rockcity, penyerangan ini menghancurkan sebuah gedung dan berhasil menguasai kota Rockcity,  walaupun demikian tidak ada korban jiwa...

“loh penyerangan lagi? kapan berhentinya? Dan mana kelompok baik yang minggu kemarin mengusir penyerang itu?” tanyaku tanpa henti,
“apa yang kamu bicarakan?” kakak terlihat bingung,
“itu, bukannya minggu kemarin ada kelompok yang menyerang pemberontak itu? Tapi sekarang kemana mereka? setiap ada masalah pasti mereka membantu” kataku sambil menunjuk ke arah TV
“ah..aku gak ngerti dengan ucapanmu, apa sih yang kamu bicarakan? Kelompok apa maksudmu?” wajahnya penuh tanya,
“ah..sudahlah kak jangan di pikirkan” “mungkin dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya jadi tidak tahu situasi di luar” pikirku.

Aku membuka pintu kamarku terlihat di dalamnya barang – barang yang berserakan di salah satu sudut dekat meja yang diatasnya ada sebuah laptop, hoamm
“aku lelah sekali hari ini” “dimana roof? roof? roof?, hei ternyata disitu kau”
roof adalah robot kecil buatanku yang dibuat dengan alat seadanya aku membuatnya  setahun yang lalu saat itu aku ditugaskan membuat robot sederhana dari sekolah ya semua orang membuatnya tak terkecuali aku, tadinya aku ingin membuat robot anjing tetapi aku tidak punya bahan untuk membuatnya jadi aku hanya menggunakan seng itulah kenapa aku namakan roof yang artinya atap/seng tapi seng ini berisi panel sel surya yang dapat menyimpan energi dari matahari, aku juga membongkar kamera milikku dan memasangkannya di roof sebagai matanya dan aku memasang harddisk di bagian badannya, robotku ini cenderung mirip robot NASA tanpa setelit tahun 2000 belasan silam, aku juga membuat semacam wadah dibawah seng surya suryanya.
“aku buka laptop dulu ah” aku pun membuka laptop dan ku lihat ada sebuah pesan video yang terletak di bagian kiri bawah layar, lalu ku buka, titttt suara itu terdengar semakin rendah dan tiba – tiba laptopku mati,
  “ah.. kenapa ini? Oh.. baterainya habis, besok aja aku isi sekalian lihat pesan itu” kataku yang langsung menggapai tempat tidur.

Suara alarm berbunyi dengan keras membuat mataku harus terbuka,
 “jam berapa ini? Baru juga tidur sekarang sudah bangun lagi” aku langsung ambil wudlu ke kamar mandi dan salat subuh,
“kak? Kakak sudah bangun?” teriakku sambil berjalan menuju dapur mengambil air minum, tak sengaja aku melihat sebuah videobox di atas meja makan, aku penasaran apa isinya lalu aku coba untuk membuka videonya,
“kakak?” aku tersentak melihat video kakak didalamnya,

Ref,  kakak pergi kerja lebih awal belum sempat pamitan sama kamu, aku juga gak mau ganggu kamu tidur, aku sudah tinggalkan uang di laci kamarmu, sudah ya kakak buru – buru bye.

    Pesan singkat itu membuat ku tergetar,
“kasihan kakak, dia pasti sangat sibuk dengan pekerjaannya sampai – sampai dia tidak sempat pamitan denganku, ya kak bye” aku pun menutup kembali videobox itu, sebenarnya aku ingin meneteskan air mata tetapi aku tahan.

Hari memang masih pagi, tapi aku sudah janji pada Riski untuk datang pagi – pagi apa boleh buat aku harus tepati janjiku, aku berjalan ke pintu dan keluar rumah, saatku menempelkan tangan ke panel kunci, tiba – tiba terdengar suara ledakan di belakangku semua orang langsung berhamburan melarikan diri, aku juga terkejut saat ku mendengarnya, aku langsung membuka kembali pintu rumahku dan bergegas masuk,
“apa yang terjadi tadi? Kenapa tiba – tiba ada bom? Atau jangan – jangan para penyerang itu berhasil menerobos batas kota portland” aku langsung pergi ke kamarku membawa roof serta uang yang di berikan kakak,
“ayo roof  kita harus cepat” dia memang lambat berjalan walaupun dengan roda, aku langsung memangkunya dan pergi ke garasi dan mengambil  flyingcar  istilah lain untuk mobil terbang yang mengandalkan kekuatan bumi dan magnet untuk berjalan, tetapi alangkah tercengangnya aku melihat digarasi tidak ada mobil itu,
“kemana mobil itu? Aduh malah hilang lagi mobil itu” aku segera mencari alternatif lain kebetulan aku punya sepeda aku langsung menyambar sepeda itu dan mulai bergerak.

Pagi yang dingin tapi suasana panas sosok, matahari pun belum muncul, aku keluar dari garasi lalu menengok kanan kiri memastikan keadaan aman aman saja, tetapi aku tidak begitu beruntung jalan menuju rumah temanku telah mereka blokir aku tidak mungkin menunjukan batang hidungku disana aku pun mencari jalan alternatif untuk sampai disana, sesegera mungkin aku kayuh sepedaku butiran peluh mulai menetes, rasa was was semakin terasa menyusuri sepanjang jalan dengan penuh kehati – hatian, Dorr  terdengar suara tembakan tak jauh dari tempatku saat ini sedikit pun aku tak penasaran justru itu membuat aku mengayuh pedal lebih cepat, akhirnya aku sampai di rumah Riski tak ku temukan seorang pun disana hanya bangunan yang hancur dihadapanku
“riski?... riski?” bisikku ke balik puing puing bangunan,
“aku disini ref” suara itu terdengar jelas ditelingaku,
“kau tidak apa – apa? dimana kau?” kataku sambil membongkar puing demi puing reruntuhan,
“ya, aku dibawah sini” suara itu semakin jelas,
“dibawah maksudmu?” aku penasaran sekaligus agak sedikit takut,
“di bawah tanah” bisiknya lagi,
“dibawah tanah? Kau sembunyi di bawah tanah?” tanyaku,
“shht, iya cepat kamu kesini buka saja penutup lantainya yang warna hitam” aku pun mencari penutup lantai itu lalu aku buka, betapa terkejutnya aku melihat ruangan dibawahnya sudah seperti Lab komputer dan elektronika, aku dan riski pun berdiskusi untuk mengusir para penyerang itu tetapi roof  selalu mengganggu kami seperti ada yang ingin dikatakannya,
“ada apa roof? Main sana dengan Dogbot (robot anjing kepunyaan riski)” ia pun mengarahkan kameranya ke dinding lalu muncul sinar dan muncul tampilan layar di dinding itu,
“kakak lagi?”

ref, kakak tahu kau sembunyikan roof dari kakak karena robotmu ini jelek, tapi dia bukan robot biasa sekarang dia telah kakak tanamkan chip yang akan membantumu jika dalam keadaan bahaya atau ketika ada masalah, kakak juga telah menyimpan sebuah file di dalam database robotmu dan kakak titip sebuah chip yang ada di dalam wadah di robotmu untuk dijaga baik baik jangan sampai jatuh ke tangan orang lain.

   Pesan dengan video itu membuatku tercengang tak terkecuali riski, dia segera mengambil robotku dan membuka bagian wadahnya, tapi perasaanku ada yang tidak beres,
“chip apa ini?” tiba tiba suara bom terdengar diatas kami, membuat seisi ruangan bergetar dan tanah seolah olah akan runtuh,
“ada apa ini? Perasaanku tidak enak” benar saja tak berapa lama berselang para robot penyerang itu menggali tanah di atas kami memang aku tak melihatnya tapi aku mendengar mereka menggali di atas ruang bawah tanah ini,
“bagaimana ini? Kau punya jalan keluar lain?” kepanikan melanda, kami tak dapat berbuat apa apa,keringat becucuran berharap mereka gagal menembus tanah tetapi harapan tinggalah harapan mereka berhasil masuk dan merobohkan tanah di atas kami, kami pun ikut terkubur bersama barang barang di ruangan itu.

“dimana ini?” aku bertanya tanya saat aku terbangun dari pingsangku didalam sebuah ruangan dengan jeruji besi,
“dimana riski?” tanyaku,
“hei kalian para robot kau kemanakan riski? Lepaskan aku!” lanjutku sambil menggoyangkan jeruji besi pada robot penyerang itu tetapi mereka diam tak bergeming, aku pun melihat lihat keadaan di sekitar disepanjang lorong gelap ini hanya ada jeruji besi yang penuh dengan tawanan, aku pun melirik ke belakang ada seorang pria tengah duduk bersandar di sudut ruangan dengan ragu aku pun mendekatinya aku tak bisa melihat wajahnya karena ruangan ini tak begitu terang, aku semakin mendekat,
hei, kau tawanan baru ya?”  katanya samar samar,
“iya” kataku sambil mencoba melihat wajahnya tetapi wajahnya tertutupi topeng,
tinggal dimana kamu?” tanyanya lagi dari balik topeng,
“aku dari portland” kataku, aku pun menyusuri setiap lekuk tubuhnya dengan mataku,
portland?  Bukankah kota itu sudah dikuasai sejak pagi buta? Hebat juga kau berhasil bertahan untuk beberapa jam” mataku belum selesai menelusuri setiap anggota tubuhnya, saat aku lihat pada bagian kakinya aku merasa ada yang aneh, aku teringat seseorang atau sesuatu,

“hah? Sepatu itu?”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar