CHIP ROBOT PART I
Malam ini aku berjalan menyusuri sepanjang
trotoar, di balik kelamnya ternyata menyimpan banyak pesona, jarang jarang aku
bepergian malam hari, ya aku sedang berjalan pulang ke rumah setelah tadi aku
ke rumah temanku, sebenarnya aku sedikit takut berpergian malam hari karena
akhir – akhir ini ada pemberontakan di beberapa kota tetangga tapi apa daya aku
harus menemui temanku yang memerlukan bantuanku, baru saja aku membuka pintu
aku melihat kakak sedang duduk diatas sofa dan memajang sepatu kulit barunya
yang berwarna coklat di atas kursi sambil tiduran dan menonton TV,
“dari
mana saja kamu?” tanyanya langsung menyapa,
“dari
rumah teman” jawabku,
“kalau main jangan sampai larut kayak gini” lanjutnya,
“iya iya aku juga jarang ke luar kalau tidak
ada kepentingan” jawabku santai,
“lalu untuk apa kamu ke rumah temanmu? Ada
kepentingan apa?” tanyanya mengejutkanku,
“apa?”dia bertanya dengan tatapan mata penuh penasaran,
“ah itu rahasia kami, kakak kapan pulangnya?”
kataku sambil melihat ada yang beda darinya, aku pun memperhatikan setiap
bagian tubuhnya,
“itu sepatu baru ya?” lanjutku,
“tadi
jam 9, iya kamu mau?” jawabnya santai sambil melihat sepatunya,
“oh..tidak kak, sudah ya kak aku ke kamar
dulu” aku pun berjalan menuju kamar,
itulah kakakku dia memang jarang pulang ke
rumah jadi aku tinggal sendiri, sejak kecil aku hidup bersama kakakku tetapi
sejak 7 tahun yang lalu dia jarang di rumah karena suatu pekerjaan yang aku
sendiri tidak mengetahuinya aku pernah menanyakan tentang pekerjaannya itu,
tapi dia bilang tidak akan memberitahukannya, aku tidak berani lagi bertanya
tentang hal itu aku takut kakak tidak mau pulang ke rumah jika aku tanya terus
menerus.
Berita
terkini, terjadi penyerangan robot di pusat kota Rockcity, penyerangan ini menghancurkan sebuah gedung dan berhasil
menguasai kota Rockcity, walaupun demikian tidak ada korban jiwa...
“loh penyerangan lagi? kapan berhentinya? Dan
mana kelompok baik yang minggu kemarin mengusir penyerang itu?” tanyaku tanpa
henti,
“apa yang kamu bicarakan?” kakak terlihat
bingung,
“itu, bukannya minggu kemarin ada kelompok
yang menyerang pemberontak itu? Tapi sekarang kemana mereka? setiap ada masalah
pasti mereka membantu” kataku sambil menunjuk ke arah TV
“ah..aku gak ngerti dengan ucapanmu, apa sih
yang kamu bicarakan? Kelompok apa maksudmu?” wajahnya penuh tanya,
“ah..sudahlah kak jangan di pikirkan”
“mungkin dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya jadi tidak tahu situasi di luar”
pikirku.
Aku membuka pintu kamarku terlihat di
dalamnya barang – barang yang berserakan di salah satu sudut dekat meja yang
diatasnya ada sebuah laptop, hoamm
“aku lelah sekali hari ini” “dimana roof? roof? roof?, hei ternyata
disitu kau”
roof adalah robot kecil buatanku yang dibuat
dengan alat seadanya aku membuatnya
setahun yang lalu saat itu aku ditugaskan membuat robot sederhana dari
sekolah ya semua orang membuatnya tak terkecuali aku, tadinya aku ingin membuat
robot anjing tetapi aku tidak punya bahan untuk membuatnya jadi aku hanya
menggunakan seng itulah kenapa aku namakan roof
yang artinya atap/seng tapi seng ini berisi panel sel surya yang dapat
menyimpan energi dari matahari, aku juga membongkar kamera milikku dan
memasangkannya di roof sebagai
matanya dan aku memasang harddisk di bagian badannya, robotku ini cenderung
mirip robot NASA tanpa setelit tahun 2000 belasan silam, aku juga membuat
semacam wadah dibawah seng surya suryanya.
“aku buka laptop dulu ah” aku pun membuka
laptop dan ku lihat ada sebuah pesan video yang terletak di bagian kiri bawah
layar, lalu ku buka, titttt suara itu
terdengar semakin rendah dan tiba – tiba laptopku mati,
“ah..
kenapa ini? Oh.. baterainya habis, besok aja aku isi sekalian lihat pesan itu”
kataku yang langsung menggapai tempat tidur.
Suara alarm berbunyi dengan keras membuat
mataku harus terbuka,
“jam
berapa ini? Baru juga tidur sekarang sudah bangun lagi” aku langsung ambil
wudlu ke kamar mandi dan salat subuh,
“kak? Kakak sudah bangun?” teriakku sambil
berjalan menuju dapur mengambil air minum, tak sengaja aku melihat sebuah videobox di atas meja makan, aku
penasaran apa isinya lalu aku coba untuk membuka videonya,
“kakak?” aku tersentak melihat video kakak didalamnya,
Ref, kakak pergi kerja lebih awal belum sempat
pamitan sama kamu, aku juga gak mau ganggu kamu tidur, aku sudah tinggalkan
uang di laci kamarmu, sudah ya kakak buru – buru bye.
Pesan
singkat itu membuat ku tergetar,
“kasihan kakak, dia pasti sangat sibuk dengan
pekerjaannya sampai – sampai dia tidak sempat pamitan denganku, ya kak bye” aku
pun menutup kembali videobox itu,
sebenarnya aku ingin meneteskan air mata tetapi aku tahan.
Hari memang masih pagi, tapi aku sudah janji
pada Riski untuk datang pagi – pagi apa boleh buat aku harus tepati janjiku,
aku berjalan ke pintu dan keluar rumah, saatku menempelkan tangan ke panel
kunci, tiba – tiba terdengar suara ledakan di belakangku semua orang langsung
berhamburan melarikan diri, aku juga terkejut saat ku mendengarnya, aku
langsung membuka kembali pintu rumahku dan bergegas masuk,
“apa yang terjadi tadi? Kenapa tiba – tiba
ada bom? Atau jangan – jangan para penyerang itu berhasil menerobos batas kota portland”
aku langsung pergi ke kamarku membawa roof
serta uang yang di berikan kakak,
“ayo roof kita harus cepat” dia memang lambat berjalan
walaupun dengan roda, aku langsung memangkunya dan pergi ke garasi dan
mengambil flyingcar istilah lain untuk
mobil terbang yang mengandalkan kekuatan bumi dan magnet untuk berjalan, tetapi
alangkah tercengangnya aku melihat digarasi tidak ada mobil itu,
“kemana mobil itu? Aduh malah hilang lagi
mobil itu” aku segera mencari alternatif lain kebetulan aku punya sepeda aku
langsung menyambar sepeda itu dan mulai bergerak.
Pagi yang dingin tapi suasana panas sosok,
matahari pun belum muncul, aku keluar dari garasi lalu menengok kanan kiri
memastikan keadaan aman aman saja, tetapi aku tidak begitu beruntung jalan
menuju rumah temanku telah mereka blokir aku tidak mungkin menunjukan batang
hidungku disana aku pun mencari jalan alternatif untuk sampai disana, sesegera
mungkin aku kayuh sepedaku butiran peluh mulai menetes, rasa was was semakin
terasa menyusuri sepanjang jalan dengan penuh kehati – hatian, Dorr terdengar
suara tembakan tak jauh dari tempatku saat ini sedikit pun aku tak penasaran
justru itu membuat aku mengayuh pedal lebih cepat, akhirnya aku sampai di rumah
Riski tak ku temukan seorang pun disana hanya bangunan yang hancur dihadapanku
“riski?... riski?” bisikku ke balik puing
puing bangunan,
“aku disini ref” suara itu terdengar jelas
ditelingaku,
“kau tidak apa – apa? dimana kau?” kataku
sambil membongkar puing demi puing reruntuhan,
“ya, aku dibawah sini” suara itu semakin
jelas,
“dibawah maksudmu?” aku penasaran sekaligus
agak sedikit takut,
“di bawah tanah” bisiknya lagi,
“dibawah tanah? Kau sembunyi di bawah tanah?”
tanyaku,
“shht, iya cepat kamu kesini buka saja
penutup lantainya yang warna hitam” aku pun mencari penutup lantai itu lalu aku
buka, betapa terkejutnya aku melihat ruangan dibawahnya sudah seperti Lab
komputer dan elektronika, aku dan riski pun berdiskusi untuk mengusir para
penyerang itu tetapi roof selalu mengganggu kami seperti ada yang ingin
dikatakannya,
“ada apa roof?
Main sana dengan Dogbot (robot anjing
kepunyaan riski)” ia pun mengarahkan kameranya ke dinding lalu muncul sinar dan
muncul tampilan layar di dinding itu,
“kakak lagi?”
ref, kakak
tahu kau sembunyikan roof dari kakak karena robotmu ini jelek, tapi dia bukan
robot biasa sekarang dia telah kakak tanamkan chip yang akan membantumu jika
dalam keadaan bahaya atau ketika ada masalah, kakak juga telah menyimpan sebuah
file di dalam database robotmu dan kakak titip sebuah chip yang ada di dalam
wadah di robotmu untuk dijaga baik baik jangan sampai jatuh ke tangan orang
lain.
Pesan
dengan video itu membuatku tercengang tak terkecuali riski, dia segera
mengambil robotku dan membuka bagian wadahnya, tapi perasaanku ada yang tidak
beres,
“chip apa ini?” tiba tiba suara bom terdengar
diatas kami, membuat seisi ruangan bergetar dan tanah seolah olah akan runtuh,
“ada apa ini? Perasaanku tidak enak” benar
saja tak berapa lama berselang para robot penyerang itu menggali tanah di atas
kami memang aku tak melihatnya tapi aku mendengar mereka menggali di atas ruang
bawah tanah ini,
“bagaimana ini? Kau punya jalan keluar lain?”
kepanikan melanda, kami tak dapat berbuat apa apa,keringat becucuran berharap
mereka gagal menembus tanah tetapi harapan tinggalah harapan mereka berhasil
masuk dan merobohkan tanah di atas kami, kami pun ikut terkubur bersama barang
barang di ruangan itu.
“dimana ini?” aku bertanya tanya saat aku
terbangun dari pingsangku didalam sebuah ruangan dengan jeruji besi,
“dimana riski?” tanyaku,
“hei kalian para robot kau kemanakan riski?
Lepaskan aku!” lanjutku sambil menggoyangkan jeruji besi pada robot penyerang
itu tetapi mereka diam tak bergeming, aku pun melihat lihat keadaan di sekitar
disepanjang lorong gelap ini hanya ada jeruji besi yang penuh dengan tawanan,
aku pun melirik ke belakang ada seorang pria tengah duduk bersandar di sudut
ruangan dengan ragu aku pun mendekatinya aku tak bisa melihat wajahnya karena
ruangan ini tak begitu terang, aku semakin mendekat,
“hei,
kau tawanan baru ya?” katanya samar samar,
“iya” kataku sambil mencoba melihat wajahnya
tetapi wajahnya tertutupi topeng,
“tinggal
dimana kamu?” tanyanya lagi dari balik topeng,
“aku dari portland” kataku, aku pun
menyusuri setiap lekuk tubuhnya dengan mataku,
“portland? Bukankah kota itu sudah dikuasai sejak pagi
buta? Hebat juga kau berhasil bertahan untuk beberapa jam” mataku belum selesai
menelusuri setiap anggota tubuhnya, saat aku lihat pada bagian kakinya aku
merasa ada yang aneh, aku teringat seseorang atau sesuatu,
“hah? Sepatu itu?”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar