Rabu, 13 Mei 2015

Cintaku Milik Sahabatku

Cintaku Milik Sahabatku
Hari ini cuaca mendung, sudah sejak tadi aku menatap keluar jendela memandangi hujan pagi yang gerimis, halaman pun penuh dengan genangan air, ku lihat air masih mengucur dari pepohonan dan menetes di dedaunan depan rumahku, aku hanya menatap satu per satu air yang jatuh dari dedaunan itu dengan bosan, suara gemercik air memekakan telingaku, hujan pun kembali turun, angin dingin mulai menghembus memasuki celah ventilasi, dan sampai ke kulitku. Diantara keributan hujan dan dinginnya udara ku lihat samar-samar seorang gadis di depan rumahku, ia berjalan dengan payung warna-warni dengan bermotifkan bunga-bunga, ia menoleh ke arah jendela aku pun menatapnya, kemudian ia tersenyum manis kepadaku aku pun membalasnya dengan senyuman, jantungku berdetak kencang, maklum jarang-jarang ada gadis manis yang tak ku kenal tersenyum kepadaku. kemudian ia berlalu pergi dengan langkah yang agak cepat
“siapa dia?” tanyaku dalam hati, aku tak bisa melupakan gadis manis berkulit putih itu.

Hujan belum berhenti, bosan rasanya aku hanya duduk di atas kursi ini menikmati hujan ingin rasanya ku  beranjak pergi keluar menghirup udara segar dan ingin rasanya ku bertemu dengannya lagi dan mencari tahu tentang nya,
“nur..?” suara ibu memecah bising nya hujan
“iya bu ada apa?” kataku sambil beranjak menghampirinya, ya namaku nur hidayat, nama yang tak lazim untuk seorang anak laki-laki dan memang sedikit aneh bagi yang baru mendengarnya, dan teman – teman biasa memangilku dengan sebutan nur,
“nah tolong, belikan ibu garam ke warung sana ya!” ,
“tapi bu, ini kan masih hujan mana mung..”ucapku terpotong karena ibu menyambar ucapanku
“tuh payungnya ada disana” katanya sambil menunjuk ke arah lemari, aku pun mengambilnya dan terdiam
“apalagi yang kamu tungggu? kamu mau nanti sore tidak makan?” ucap ibuku dari dalam dapur sambil membereskan piring, aku pun segera membuka pintu dan pergi.
Ditengah hujan yang agak deras ku berjalan menyusuri pinggiran jalan yang becek dan penuh genangan air daun – daun berserakan dijalanan diterbangkan angin, pohon-pohon merunduk karena beratnya air aku pun segera lari tunggang langgang  ditengah derasnya hujan yang mengguyur, akhirnya aku sampai, betapa terkejutnya ku melihat sepasang kaki memakai sandal ping dan memakai Rok panjang ,aku mencoba mengangkat kepalaku yang tertunduk, sepertinya ku mengenali rok panjang itu” pikirku dalam hati ternyata dia gadis yang ku lihat tadi, ia menatapku tapi aku hanya tersenyum kecil aku memang tak pandai bicara, bahkan aku termasuk pendiam di sekolahku, aku pun segera berlalu dari hadapannya menuju ke dalam warung.setelah selesai aku pun bergegas keluar, ku lihat hujan belum juga reda dan kulihat juga ia masih disana sepertinya menunggu hujan mereda, aku pun duduk disebelahnya yang memang kursi itu hanya untuk dua orang saja, ia pun menengok ke arah ku, aku hanya menundukan kepala dan terdiam, ku lirikan mataku kepadanya ku lihat dari raut mukanya ia ingin bicara denganku tapi sepertinya malu - malu, atau mungkin ia mengajakku memulai pembicaraan sebenarnya aku pun ingin memulai pembicaraan tapi, apa daya aku tak mampu berkata-kata, walaupun hanya sepatah kata.
Setelah terdiam cukup lama akhirnya hujan pun mereda, aku pun segera mengambil payung begitu juga dengan nya, kami pun pulang bersama - sama tanpa melakukan pembicaraan sedikit pun, langkahku di atas genangan air pun berbelok menuju rumah, tapi ku mundurkan langkahku untuk beberapa langkah, ku lihat ia masih berjalan lurus lalu belok kearah kiri menyusuri jalan setapak, kemudian ia pun hilang dari pandanganku karena tertutupi perumahan dan pepohonan, aku pun segera membuka pintu dan masuk ke dalam rumah
“bu ini garamnya” kataku sambil memberikannya ke arah ibu
“taruh saja di meja” ,kata ibuku
 “iya bu”setelah itu aku pun pergi menuju tempat duduk yang tadi aku duduki yaitu tempatku berkhayal, aku penasaran siapa dia ? Sepanjang aku disini aku belum pernah melihatnya apa mungkin ia pindahan, tapi dari mana ia ? Dan dimana ia tinggal sekarang ? banyak sekali pertanyaan yang hinggap dipikiranku tetapi ku tepis jauh - jauh dan mulai kembali ke imajinasiku.
Gemercik tetesan air sisa hujan yang kini milai mengering kembali memekakan telingaku, sinar mentari mulai menyinari, sedikit demi sedikit dari balik awan kelabu menerangi setiap tetesan air yang jatuh, aku pun berpikir untuk pergi ke halaman sekedar menikmati mentari, saat ku angkat kepala ku ke atas langit ku lihat sinar berwarna – warni terlihat menyapa ku, ku teringat kembali pelangi pertama pagi tadi
“semoga ia menyaksikan pelangi ini” ucapku, setelah ku puas melihatnya aku pun kembali ke dalam rumah dan pergi ke meja belajar untuk mengerjakan PR ku yang sudah menumpuk segudang, aku heran kenapa hari libur pun harus ada PR padahal hari libur kan untuk refreshing, ah.. entahlah sebaiknya ku kerjakan saja dari pada aku mendapat nilai 0.
Hari libur telah berakhir, sekolah telah menunggguku untuk kembali, ku siapkan diriku untuk menjalani hari pertama di semester ini, ku langkahkan kaki dan mulai berjalan menunggu angkutan umum datang, menit demi menit ku menunggu ku lihat arlojiku menunjukan angka 06.11 masih pagi memang, tapi jarak antara rumah dan sekolah ku lumayan jauh.Tak berselang lama aku pun berangkat dengan Angkot menyusuri sepanjang jalan yang berkelok selama lebih dari 20 menit dan aku pun sampai di sekolah yang telah 2 pekan aku tinggalkan. aku melihat beberapa temanku tengah asik berbincang di depan kelas, ku sapa mereka dan mereka juga menyapaku,
 “nur, apa kamu tahu ada murid baru?”,
 “tidak, aku tidak tahu memangnya siapa?”,
 “entahlah...”,
 “teman – teman hei”, suara diki memekakan telingaku dan teman -  teman dan membuat pembicaraan kami terpotong, kami pun menoleh ke arahnya
“teman – teman tadi aku disana melihat murid baru.”,  katanya sambil terengah – engah
“laki – laki atau perempuan?”, tanya raka,
 “ya perempuanlah dia juga lumayan cantik”,
“kami sudah tahu kamu yang telat”, kata rai,
“tapi, yang belum aku tahu namanya”, lanjut ari,
“ya entaahlah aku sendiri belum karena walaupun rumahnya dekat dengan rumahku tapi....”,
 “hei teman – teman sedang apa ?”, tiba – tiba adit datang mengejutkan kami yang tengah asik dalam pembicaraan,
 “ehh..adit sejak kapan kami ada disini?”,
 “baru saja”,
 “itu kita lagi bicara soal murid baru yang datang pagi ini”,
“ada murid baru ya?”,
“ya begitulah..”, aku hanya terdiam menyaksikan mereka asik berbincang beralih dari topik satu ke topik lain tanpa menyelesaikan satu topik pun, tetapi dalam hati ku bertanya – tanya siapa perempuan itu? aku sebenarnya ingin menanyakannya pada diki tapi, aku terlalu malu untuk  menanyakannya. Aku semakin penasaran dengan sosok perempuan cantik yang mereka bicarakan, mungkinkah aku dapat bertemu dengannya dan memperkenalkan diri pada sosok murid perempuan yang baru itu? Ku rasa itu terlalu sulit dan mungkin tak bisa melakukan hal itu, karena aku terlalu gugup dan pemalu untuk melakukannya, walaupun aku seorang lelaki tetapi....
“sudahlah..aku simpan dulu tas ku” gumamku.
Bel berbunyi semua langsung cepat pergi ke lapangan untuk melaksanakan upacara, tak terkecuali aku, saat itu juga aku ambil topi dari dalam tas ku lalu pergi berbondong – bondong menuju lapangan dan berbaris rapi tanpa komando.
Upacara selesai, semua orang kembali ke kelas masing – masing dan menunggu jam pertama di mulai. memang hari ini mungkin tidak akan efektif belajar karena baru hari ini masuk setelah libur panjang dan pastinya aku belum tahu jadwal pelajaran baru. Di kelas kami hanya membuat kegaduhan yang tak kalah saing dengan kelas lain aku semakin pusing mendengar mereka, lalu diki mendekatiku yang sedang duduk bersandar diatas kursi “nur, menurutmu siswi baru tadi akan ke kelas mana?”, aku hanya menggelengkan kepala dan sedikit mengangkat bahu tanda tidak tahu “coba ia di kelas ini mungkin aku adalah orang pertama yang akan menyapa dan memacarinya” ungkapnya dengan wajah penuh harap, ya pikiranku sama dengannya tetapi, mungkin aku tidak akan seperti Diki yang langsung menyambar begitu saja, aku tahu itu terlalu sulit untuk ku jalani.
Bel istirahat berbunyi dengan keras memekakan telinga orang yang mendengarnya semua orang bergegas menuju kantin aku hanya terdiam menatap jam yang terus berputar di depan kelas, beberapa menit kemudian diki datang menghampiriku sambil berkata
“hei nur, si Dia kau tahu siapa sedang berada di kantin lalu dia melirik dan tersenyum kearah ku uhh... berdebar rasanya hatiku.” kata diki dengan wajah yang penuh kegembiraan aku pun bertanya padanya “lalu?”,
“ya.. sudah  hanya itu”
 “dan kau tahu siapa namanya?”,
“aku belum tahu sejauh itu tapi, yang pasti ia sangat tertarik padaku” dengan nada bicara yang penuh percaya diri  
“satu lagi, ia belajar di kelas paling ujung” lanjutnya sambil beranjat pergi dari kelas, aku pun melihatnya sambil duduk di meja barisan ke-2, ia terlihat senang aku tahu dari cara ia berjalan sambil memikirkannya. Bel istirahat tak kunjung datang dan istirahat pun tak kunjung usai dan terasa lama, aku pun mencoba pergi keluar dan ku lihat teman – temanku sedang berbincang, aku menyambangi mereka dan mendengar pembicaraan mereka
“dit, seperti murid baru itu tertarik kepada mu?” kata raka,
“dia itu tertarik padaku” kata diki dengan wajah penuh amarah,
“tahu dari mana kamu?” lanjut diki.
“ya tadi saat kita di kantin dia memandangi adit terus walaupun ia sedikit mengalihkan perhatiannya karena ia sadar aku memerhatikannya”,
 “dia itu melihatku bukan adit” ketus diki,
“ah..sudahlah kalian jangan berkelahi, dari masalah kecil nanti bisa menjadi masalah yang besar” kata rai mencoba melerai mereka, tapi setelah ku pikir – pikir memang benar kata raka, bagaimana tidak adit merupakan orang terpandai dan tertampan di sekolah, hampir semua wanita menyukainya dan mungkin termasuk dia, selain itu aku juga memiliki kepribadian yang baik, sopan, dan murah senyum.
Bel tanda istirahat selesai berbunyi dengan keras, semua orang segera bergegas masuk ke dalam kelas. Kegaduhan mulai terdengar lagi dari setiap kelas, aku sudah terbiasa dengan hal ini, walaupun memang membuat ku agak gerah, mendengar ocehan mereka, dan hampir semua topik yang di bicarakan itu mengenai murid baru itu,
“teman – teman ini ada jadwal baru pemberian Wali kelas kita” kata Ketua Kelas yang baru datang, “saya hanya menyarankan untuk di fotokopi saja secara kolektif, uangnya nanti dari Kas kelas saja, bagaimana setuju?” lanjutnya lagi,
“setuju!!” semua orang bersorak tanda senang karena mereka tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun,
 “sangat..sangat setuju” kata diki sambil mengacungkan jempolnya, sedangkan aku hanya mengunggutkan kepala tanda setuju. tak lama berselang wali kelas datang ke kelas kami yang gaduh “hei.hei..ada wali kelas, sstttt...” kata temanku yang duduk paling akhir sambil melihat keluar jendela.
Sekolah hari pertama semester baru pun sudah usai, sekarang tinggal pulang, aku pun berjalan menuju gerbang sekolah aku melihat gadis yang kemarin sedang duduk diatas kursi taman, aku pun lewat ke arahnya ia pun sedikit mengerutkan dahinya, aku pun memalingkan muka ke arahnya, ia pun hanya tersenyum kecil, lalu melanjutkan lagi membaca buku yang ia pegang aku hanya berlalu dihadapannya dan berpikir  
“jadi ternyata dia yang kemarin murid baru itu” gumamku.
Beberapa bulan berlalu, ia semakin eksis di sekolah ini, dan beberapa hari lalu aku mendengar kabar bahwa adit menyatakan cinta kepadanya atau istilah kerennya nembak, aku sedikit terkejut kenapa adit mau memacarinya, padahal banyak orang lain yang suka pada adit, harapanku bersamanya semakin jauh apalagi adit adalah sahabatku, mana mungkin aku mengecewakan dia,
 “ada apa kamu nur?” kata adit yang membangunkanku dari khayalanku,
“tidak..tidak ada apa-apa”,
“sepertinya kamu memikirkan sesuatu” katanya lagi dengan nada bingung,
“tidak aku hanya...sudahlah itu tak penting”,
 “bagaimana pun aku harus tahu kita kan sahabat, ayo ceritakan saja apa masalahmu”,
 “mana mungkin bisa aku ceritakan masalahku ini, aku tak mau mengecewakannya” kataku di dalam hati,
 “tidak itu bukan masalah kok hanya merenung saja”,
 “oh.. ya sudah ngomong – ngomong aku ingin bertanya padamu nur?” kata adit,
“iya?” jawabku penuh tanya,
 “kalau misalnya seseorang yang kamu cintai telah dimiliki oleh temanmu apa yang akan kamu lakukan?” tanyanya membuatku tersentak,
 “kenapa kamu tanya itu?”,
 “aku hanya bertanya saja”,
 “emm.. aku ikhlaskan jika itu terjadi dan tak akan aku ungkit atau ku singgung lagi tentang teman dan pacar temanku itu” kataku yang sebenarnya sedikit was – was karena ia bertanya hal itu di saat aku memikirkannya.
Satu minggu kemudian, saat itu pada hari minggu, diki datang kepadaku untuk jalan – jalan di pinggir danau,
“nur, aku ingin sekali berpacaran dengan aulia....”, belum selesai diki bicara aku langsung meyambar “siapa aulia?”,
 “memangnya kamu belum tahu? Itu murid baru yang pacaran dengan adit”, aku sedikit terkejut “namanya aulia ya? Dari dulu aku belum tahu namanya” pikirku sambil merogoh kocek dari dalam sakuku untuk membeli minuman,
 “aku juga ingin merasakan pacaran seperti yang lain, kamu kan sudah pernah pasti tahu lah.”, kataku “maksudmu kamu ingin berpacaran dengan aulia?” tanyanya, aku hanya tersenyum kecil lalu aku pun mengalihkan pembicaraan
 “dik, kita kesana yuk!!” kataku sambil menyeret tangan diki,
 “ya..kalau bisa dan seandainya saja dia bukan temanku aku akan rebut dia dari tangannya” kataku yang tiba – tiba membuat diki melotot padaku,
“aku tidak salah dengar? Kamu mau rebut aulia?”,
 “ya tidak, aku hanya berpikir seperti itu....”,
 “ternyata kamu suka dengan dia juga?” tanya diki yang memotong pembicaraanku,
 “ah.. sudahlah lupakan”,
 “jika benar begitu, bagaimana kamu merebutnya? Kamu kan... hehe”,katanya yang seolah mengejek “ah.. iya iya aku tahu, masalah itu entahlah aku juga hanya berpikir saja tadi” ucapku sambil meminum minuman yang tadi aku beli.
Saat keesokan harinya ketika sedang istirahat dan seperti biasa, aku sedang memperhatikan jam dinding, tiba – tiba adit dan raka datang menghampiriku, ku lihat adit terlihat cemas dan agak menarik – narik tangan raka brukk
 “nur, kenapa kamu tidak bicara dari dulu kalau kau menyukai aulia?” kata raka dengan nada keras dan langsung menggebrak meja dengan wajah yang begitu marah,
 “aku kecewa padamu, ternyata kau bersembunyi di balik kependiamanmu itu” lanjutnya lagi,
 “ada apa kalian ini?” kataku dengan sedikit heran dan penuh tanya sambil memerhatikan mereka, “ah..sudahlah bicara denganmu aku tidak mau mendengar alasanmu, dari mulai sekarang kita bukan teman lagi.” ketusnya dengan menunjuk kearah ku, kata – kata itu terdengar dengan jelas di ruangan yang tengah kosong ini dan membuat telingaku terbuka dan membuat aku terkejut, diki datang dan memperkeruh suasana di tengah amukan raka yang memang sulit sekali untuk menahan amukannya, “aku mendengarmu kemarin, iya kan?” kata diki dengan nada meyindir dan membuat suasana ruangan semakin memanas di tengah teriknya mentari di luar sana,
 “sudahlah teman – teman, jangan jadikan hal ini sebagai bibit – bibit permusuhan dan perselisihan”,adit mencoba melerai dan berusaha menenagkan raka
 “tapi dit..”,
 “lagi pula aku tidak mempermasalahkan hal itu kan?”,
 “memang tidak, tapi ia telah menodai janji persahabat kita lagi pula dia telah berbohong kepadamu tentang perkataan seminggu yang lalu”,katanya dengan nada yang semakin tinggi
 “tapi, aku tidak pernah setuju dengan janji itu dan perkataan itu pun...” kataku mulai membentak, aku100%  berbalik dengan sifatku yang pendiam,
 “terserah apa katamu, yang jelas kau telah melanggar janji kita”,kata raka dengan suara keras memotong kemarahanku
 “sudahlah..sudah..kataku juga jangan permasalahkan hal ini”,kata adit yang terlihat lesu dan berkeringat dengan mata yang sedikit sendu mendengarkan kemarahan kami berdua “mengapa jangan? Ini memang masalah yang harus di selesaikan kan?”,
 “kamu juga diki, kenapa kamu sebarkan hal semacam itu?”,
 “aku tidak menyebarkannya, aku hanya memberi tahu mereka”,
 “raka, apa kamu tidak tahu kalau diki juga menyukai aulia?”,
 “tentu saja aku tahu, tapi diki memang sifatnya seperti itu, kita tahu hal itu kan? Lagipula dia tidak ada niatan untuk merebut aulia dari adit”,kata raka dengan kemarahan yang semakin tidak tertahankan “tapi,...”, aulia datang dan langsung angkat bicara
 “ada apa ini? kenapa ribut?”,katanya dengan wajah penuh tanda tanya
 “begini dia nur menyukaimu, secara diam – diam dan mungkin akan menghancurkan hubunganmu dengan adit karena dia sudah punya niat”, kata rai suasana hening sesaat
 “aku tidak akan menghancurkan hubungan kalian dan aku tidak punya niatan seperti itu, aku juga tidak mau kalau persahabatan kita ini hancur.”,
 “munafik kamu.”,kata raka dengan sedikit meludah dihadapanku, tingkat emosi ku meningkat, brukk  “apa? aku munafik” kataku sambil menggebrak meja, aku melihat adit tertunduk dengan perasaan marah dan merasa bahwa dirinya yang berdosa
 “sudah cukup..kalian bukan lagi sahabatku yang dulu yang aku kenal”  kata adit sambil berjalan meninggalkan kami semua, tampaknya dia kesal mendengar ocehan kami yang tak kunjung selesai, “adit..., awas kamu ya”,kata raka sambil menunjuk padaku dengan mata yang sinis, aulia juga pergi menyusul adit,
 “apa kamu diki?”, diki hanya termenung menyadari kesalahan besar yang telah di perbuatnya.  Aku pun pergi ke mejaku lagi dan termenung,
 “bagus sekarang aku tidak punya teman” dengan wajah murung, ku lihat diki masih berdiri di tempat konflik tadi aku pun teringat perkataan adit tadi ...
‘...kalian bukan lagi sahabatku yang dulu yang aku kenal....
.., kata – kata itu menyentuh hatiku yang beramarah,
 “seharusnya aku sadar diri, mana mungkin wanita secantik aulia mau denganku, aku juga seharusnya sadar adit itu memang tampan apalagi kulitnya yang putih itu membuat wanita tergila – gila, dan itu juga sebabnya mungkin aulia mau dengan adit dan memang mereka adalah pasangan yang serasi antara tampan dan juga cantik” pikirku dengan wajah agak sedih,
 “sekarang aku sendiri tanpa teman dan tanpa kawan”.
Bel tanda istirahat berakhir pun telah berbunyi, semua orang masuk ke kelas, terutama diki yang berdiam diri di depan kelas pun beranjat menuju kusinya yaitu di sebelahku, aku melihat wajahnya dengan diam – diam, wajahnya terlihat muram dan malu seperti ada yang mau di bicarakan denganku, “apa mungkin dia mau minta maaf?” gumamku, tapi kulihat ia terlalu malu untuk meminta maaf,
“apa harus aku yang meminta maaf terlebih dulu? tapi, dia yang salah kan?” pikirku bingung,
 “lebih baik aku yang meminta maaf terlebih dulu, karena aku yang sebenarnya bersalah telah menodai janji persahabatan”,
 “dik,..eem...aa..aku mau minta maaf padamu, aku telah menodai persahabatan kita”,
 “tak perlu minta maaf, aku lah yang salah, jadi maaf kan aku.” katanya dengan wajah memelas,
 “tak apa,aku yang salah”,
 “tidak kamu tidak salah, aku yang salah aku yang menyebabkan semua ini terjadi” kami pun saling bersalaman dan kembali menjadi teman, aku dan diki pun berencana meminta maaf kepada teman – teman yang lain.
Saat semua pelajaran berakhir aku dan diki pergi ke kelas adit dan raka, tetapi kami tidak melihat mereka aku pun pergi ke taman lagi – lagi mereka tak ada, diki pun mencoba menanyakan mereka ke teman sekelas mereka,
“katanya adit dan raka tadi saat bel pulang berbunyi langsung pergi”,
 “lalu kemana?”,
 “dia bilang tidak tahu, tapi sepertinya terburu – buru”, kami pun menemui aulia di kelasnya berharap ia belum pulang, ketika kami sampai di kelasnya tidak ada seorang pun disana kelas itu telah sepi di tinggal penghuninya, tapi aku melihat tas aulia masih ada di dalam kelas,
 “kemana mereka?” pikirku dan mungkin sama dengan pikiran diki, kami pun menyusuri sepanjang lorong sekolah yang telah sepi hanya segelintir orang yang masih ada di sana, kami pun pulang dengan wajah murung
 “nur..bagaimana kalau kita ke rumahnya adit saja?”,
 “tapi apakah adit akan memaafkan kita?”,
 “entahlah..aku berharap bisa apalagi pada raka” itulah percakapan kami sebelum kami sampai di ujung lorong sekolah, saat kami melangkah ke luar lorong sekolah rintik hujan datang, aku tidak sadar ternyata dari tadi cuaca sudah mendung walau pun tadi cuaca begitu pananya menyengat, kami mengurungkan niat untuk pulang kami menanti hujan itu berhenti. Tetapi hujan semakin deras aku hanya memandang butir – butir hujan yang jatuh tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutku, walaupun diki mengajakku bicara. Akhirnya hujan semakin mereda aku melihat diki kesal karena aku tidak berbicara dengannya aku hanya senyum tipis di baliknya,
 “ayo dik... kita pulang” kataku dan ternyata diki kelihatan masih kesal
 “ya sudah, aku pulang terlebih dulu”, tiba – tiba
 “hei...nur...diki...”, teriakan itu membuatku menghentikan langkahku dan menengok ke arah belakang dan ku lihat diki juga demikian, aku sangat kenal dengan suara itu dan ku lihat samar – samar dari kejauhan 2 orang laki – laki dan seorang wanita berjalan agak cepat menuju ke arah ku diki pun menghampiriku dan kami hanya diam melihat mereka, ternyata mereka adit, raka dan aulia, mereka telah sampai di hadapan kami, kami semua saling menunduk kecuali aulia ia menatapku,
 “a..a..a..aku mau minta ma..maaf, aku seharusnya tidak menuduhmu yang tidak – tidak, dan tak seharusnya aku memarahimu” kata raka dengan sedikit terbata – bata dan menggaruk – garuk kepala. “iya tak apa, sebenarnya aku yang salah jadi maafkan aku” balasku dengan senyum malu,
 “aku juga minta maaf, seharusnya aku tahu dari dulu bahwa kamu menyukai aulia dan merelakannya untukmu”,
 “tidak bukan kamu yang salah dit, aku lah yang salah seharusnya aku mengerti bahwa kamu memang cukup terkenal di sekolah dan aku hanya seorang anak jelek yang pendiam dan pemarah” kataku sambil murung,
 “maafkan aku juga telah membuat persahabatan kita renggang dan hampir hancur”kata diki, kami pun saling bersalaman dan saling meminta maaf,
“aku juga mau minta maaf”,
 “kenapa ? kamu kan tidak salah apa – apa” kata raka penuh keheranan,
 “aku merasa berdosa membuat persahabatan kalian yang erat menjadi hancur gara – gara aku”, “sudahlah aulia, kami yang salah kami terlalu mementingkan ego daripada perasaan” kami pun tersenyum bahagia ditengah gerimisnya bekas hujan tadi dan kami pulang bersama – sama, dan akhirnya sinar mentari mulai menyinari bumi lagi kemilau warna pelangi kembali muncul di balik awan yang masih menghitam,  Aku hanya berpikir
 “jadi, kapan aku mendapatkan pasangan?”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar