Selasa, 11 April 2017

CHIP ROBOT (PART III)

Aku terbaring diatas sebuah kasur lantai yang sedikit koyak, perlahan aku buka mataku, lalu bangun dengan perlahan sambil menahan sakit di tanganku ah..ah..aw..  dan terlihat seorang kakek tua sedang duduk di samping riski yang masih terpejam,
“ kakek? Bagaimana keadaan riski?”tanyaku sambil memegangi tanganku yang di balut kain perban,
“sudah bangun rupanya, dia baik – baik saja hanya perlu istirahat, kamu juga perlu istirahat jangan terlalu banyak bergerak agar luka tembak di tanganmu itu cepat sembuh” jelasnya aku hanya menganggukan kepala,
“kakek mau ke ladang dulu jangan di ganggu dulu dia” lanjutnya lalu pergi keluar,
Sudah sejak kemarin aku di tempat ini, aku terus saja berpikir tentang nasib kakakku disana entah bagaimana nasibnya aku pun meneteskan air mata, dan aku juga dengar bahwa tentara robot pemberontak sudah menyerang ke perbatasan ibukota...
“ah..sakitnya badanku”aku tiba – tiba terkejut mendengar suara itu,
“riski?” kataku pelan,
“refi, dimana kita? Kenapa kita ada disini? Dimana preman itu?”tanyanya sambil bangun untuk duduk,
“sebaiknya kamu istirahat dulu, biar aku ceritakan”jelasku,
“begini.. kamu di pukul dengan tongkat saat kau memangku dogbot, lalu kau pingsan..”
“aku tahu, saat itu kau berteriak lalu bukk.. aku tidak ingat apa pun lagi”katanya memotong ceritaku,
“kau mau dengar ceritanya tidak?”tanyaku kesal,
“iya iya maaf”jawabnya,
“baiklah, lalu aku berusaha untuk menolongmu tetapi aku tertembak di bagian lenganku aku pun terjatuh tak berdaya dan mereka mengambil chip itu dari sakumu lalu aku melihat seorang kakek yang mirip dengan kaki tangan pemberontak yang aku lihat di penjara dan aku juga tidak ingat lagi kejadian seterusnya”ceritaku terhenti lalu aku minum segelas air yang ada di sampingku,
“sebenarnya kakek itu adalah ayah dari orang itu”aku melihat raut wajah riski terkejut dan sedikit rasa takut,
“tapi dia menyelamatkan kita dan sekarang kita di rumahnya dan aku dengar pasukan robot pemberontak itu telah sampai di perbatasan ibukota”lanjutku,
“bagaimana kau bisa percaya dengan orang itu? Bagaimana keadaan kakakmu? Dan apa yang harus kita lakukan..hmm.. aku ingat kita pergi ke rumahku di desa ini.. ayo!!”katanya begitu bersemangat dan langsung berdiri,
“ta..ta..tapi...”aku bangun untuk mencegahnya,
“ayolah”dia menarik tangan kiriku,
“lepaskan tanganku!!”kataku setengah berteriak riski langsung melepaskan tanganku,
“ah..ah..aw.. dengarkan aku!”kataku sambil berusaha berdiri riski hanya terdiam melihatku,
“kita tidak bisa keluar dari rumah ini saat ini, di luar sana masih berbahaya lagi pula kau perlu banyak istirahat dan kita juga tidak bisa melawan mereka saat ini”lanjutku,
“maka dari itu kita ke rumahku dan merencanakan sesuatu untuk mengalahkan mereka”katanya dengan nada yang mulai meninggi,
“kita bukan pahlawan atau pun jagoan! Lagi pula kau belum sembuh total dan aku juga sama”balasku riski terlihat terkejut mendengar perkataanku,
“aku tak peduli aku seorang pahlawan, jagoan atau apalah namanya yang aku peduli hanya keluarga dan negara ini damai kembali, aku tidak akan tinggal diam walau bagaimana pun keadaannya”timpanya,
Perdebatan kami pun semakin panas sampai datangnya kakek itu,
“ada apa ini?” kakek itu tampak terkejut melihat percekcokan kami,
“baik, jika kau tidak mau aku sendiri yang akan menghadapinya lagi pula aku tidak membutuhkanmu”kata riski sambil pergi keluar meninggalkan rumah si kakek,
“hei..nak tunggu, mau kemana kau?”kakek itu berusaha mengejar riski tapi riski sudah menghilang dengan cepat,
“sebenarnya ada apa kalian? Kenapa bisa sampai ribut seperti itu?”tanyanya padaku,
“dia tidak mau mendengarkanku, aku melarangnya untuk pergi kerumahnya di dekat sini karena dia belum sembuh total aku khawatir padanya tapi dia memang keras kepala”jelasku,
“kakek tahu ke khawatiranmu tapi bukan dengan cara itu kau melarangnya lagi pula dia sahabatmu dan mungkin dia mengkhawatirkan keluarganya, walaupun memang dia belum sembuh”jelasnya,
“tapi kek..”,
“sudah..sudah biar kakek akan mencari dia, kamu diam di rumah ya”katanya memotong kata kataku lalu dia bergegas pergi dan mengunci pintu,
“dasar riski! Aku tahu dia itu mencemaskan keluarganya memangnya aku tidak cemas apa dengan kakakku, lagi pula keluarganya masih aman ada di pusat ibukota”kataku mengomel sendiri,
“tapi aku akui dia memang sangat bersemangat tapi ah... ”kata – kataku kesal,
Setelah seharian menunggu kakek itu pun datang,
“dimana riski kek? Apa kakek menemukannya?”tanyaku pada kakek,
“tidak, kakek tidak berhasil menemukannya tapi kakek sudah sampaikan pada warga untuk memberitahukannya jika ketemu”jelasnya,
Aku tertunduk lesu dan mulai menyesali perkataanku sendiri,
“seandainya ada yang bisa menemaniku saat ini” kataku dan aku langsung terkejut dan teringat dengan roof robotku,
“kek? Apa kakek saat menolongku melihat robot?”,
“iya, kakek melihat 2 robot saat itu, tapi salah satunya melarikan diri kedalam hutan dan kakek hanya membawa robot yang sepertinya rusak”jelasnya,
“mana kek?”tanyaku,
“tunggu.. ini”katanya sembari menyerahkannya padaku
“dogbot?.. robot ini punya riski kek, kemana kau roof?”aku mulai menyesali semuanya,
“apa kakek punya peralatan elektronik?”tanyaku sambil berpikir untuk memperbaiki dogbot,
“iya ada, untuk apa?”jawabnya,
“boleh aku pinjam? Aku ingin memperbaiki robot ini nanti malam”kataku,
“ya boleh, nanti kakek siapkan”,
Malam harinya aku benar – benar memperbaiki dogbot dengan alat seadanya, tak lupa aku tambahkan 2 tembakan di kanan dan kirinya walaupun beberapa kali sempat gagal tapi akhirnya aku berhasil memperbaikinya,
Tok tok tok, suara pintu tiba – tiba terdengar, aku langsung terpikir itu riski,
“biar kakek yang bukakan”kata si kakek,
Terlihat sekelompok orang di luar sana,
“kakek.. aku melihat seorang anak keluar dari sebuah rumah dan pergi menuju hutan WF2”kata salah satu orang itu, aku pun bangkit dan menyambangi mereka,
“apa anak itu berbadan tinggi, berkulit sawo matang, dan berbaju biru?”tanyaku yang menghampiri,
“iya”katanya,
“itu riski, dia pasti pergi ke ibukota sendirian”kataku yang membuat semua orang riuh,
“aku akan pergi ke sana sekarang juga”kataku,
“tunggu nak kau tidak bisa pergi begitu saja, ini masih malam, lagi pula kau butuh rencana”kata orang itu lagi,
“iya tapi aku harus segera ke sana malam ini juga”kataku sambil bergegas pergi untuk bersiap - siap,
“tunggu nak”kata si kakek, aku menoleh,
“kakek akan ikut denganmu”lanjutnya, aku terkejut dan langsung membalasnya,
“tidak kek, biar aku saja”,
“tidak, kakek akan ikut untuk menyelamatkan cucu kakek”balasnya lagi,
“cucu kakek ditawan?”tanyaku,
“entahlah, tapi kau tahu nak saat kemarin kakek meyelamatkanmu dan temanmu aku kira temanmu cucuku yang memang saat itu sedang bermain denganku disana.. bermain tentang pemberontak, jika kau heran kenapa aku tertawa saat itu karena aku memang sedang bermain dengannya aku terkejut kau tiba – tiba pingsan dan bercucuran darah dan temanku tergeletak di jalanan tadinya aku kira dia cucuku tapi setelah aku lihat lebih jelas lagi dia bukanlah cucuku, maka dari itu kakek juga ingin kesana”jelasnya panjang lebar,
“jadi kakek mengira riski itu cucu kakek?”tanyaku lagi,
“iya, karena dia mirip sekali dengannya”jawab kakek itu,
“kami akan ikut”timpa orang – orang yang berada di luar,
Aku mengangguk tanda setuju,
“mari kita rencanakan siasat” kata seseorang di antara mereka,
Kami pun berdiskusi merencanakan penyerangan dan segera berangkat setelahnya, dengan peralatan seadanya kami pun pergi dengan menumpang sebuah mobil pengangkut barang yang atasnya sengaja kami pasang terpal agar seolah – olah terlihat sebagai mobil pengangkut barang biasa, 10 orang di dalam truk sambil mempersiapkan senjata, kebetulan kakek itu membawa serta sapu tangan kakakku.
Ditengah perjalanan di dekat hutan WF2  4 buah flying tanksedang terparkir tepat di tengah jalan dan menghalangi mobil yang akan melaju dan terdengar suara kendaraan lebih banyak ke arah sebaliknya, aku pun mendengar pembicaraan antara sopir dan seseorang di luar sana,
“permisi pak sopir, sebaiknya anda berputar arah”kata orang itu,
“ada apa memangnya? Kenapa jalan ini di blokir?”tanya sopir kami,
“kami dari aliansi perdamaian akan menyerang ibukota yang sudah di duduki”jelasnya,
“apa? Ibukota sudah di duduki?”si sopir terkejut begitu juga dengan kami yang bersembunyi di belakang,
“iya kami mendapat laporan bahwa ibukota sudah di duduki 1 jam yang lalu...”,
“tunggu..”kataku sambil membuka terpal dan melompat keluar diikuti semua orang di dalam mobil,
orang itu tampak sedang menodongkan senjata kepadaku,
“tunggu.. kami bukan kelompok pemberontak, kami juga bermaksud meyerang mereka pagi ini”kataku menjelaskan,
“sepertinya kita kedatangan teman, tapi sepertinya kita kita harus berdiskusi dulu”katanya sambil memanggil yang lain,
“jumlah kita hanya ada 25 orang tapi kami punya 100 robot tempur droid yang siap digunakan, kita akan membaginya dalam 3 kelompok  masing masing 8 orang ada juga yang 9 orang dengan masing – masing 30 robot tempur, 10 robot sisanya akan membuat kekacauan di kota sedangkan kita akan menyerang markasnya”itu pembicaraan ketua mereka yang sekarang menjadi ketua kami juga dalam diskusi kami, kami pun setuju dan akan berusaha sebisa kami,
Pagi ini tampak mendung dengan kabut tipis, kami pun berangkat dengan 4 flying tanktempur yang ukurannya jauh lebih besar dari flying tankbiasanya yang hanya sebesar mobil, di tengah perjalanan 1 flying tankmemisahkan diri untuk pergi ke pusat kota cityhill ibu kota negara dan membuat kekacauan, sedangkan 3 sisanya bergerak kearah perbatasan hutan WF2 dimana markas para pemberontak itu berada, tapi sepertinya peperangan ini tidak akan mudah karena para pemberontak menyiapkan pasukan yang lebih besar yang menghadang, pertempuran dimulai kami pun segera keluar dari dalam flying tankdan mulai menyerangnya per kelompok, kelompokku yaitu kelompok 3 yang jumlahnya 9 orang pergi ke arah belakang di ikuti 30 robot tempur, 10 robot pun menyerang terlebih dulu,
“sepertinya setiap bagian tempat ini di jaga ketat”kataku,
“ya, kita harus sangat berhati – hati, apalagi jumlah dan peralatan kita yang tidak sebanding dengan mereka”kata seseorang di dekatku,
“jumlah bukan jaminan sebuah kemenangan”kata pemimpin kelompok,
“ya tapi jumlah dapat membantu memenangkan pertempuran”kataku, aku lihat semua orang disana menatapku,
“apa? Benarkan apa yang aku katakan?”tanyaku heran,
mereka pun langsung terfokus pada penyerangan,
“bergerak!!”seru pimpinan kelompok,
serentak semuanya keluar dari persembunyian membantu 10 robot yang meyerang terlebih dulu, Beberapa dari kami tertembak dan aku hanya bisa sesekali menembak karena lukaku belum sembuh dan sapu tangan perisai itu aku gunakan untuk melindungi diri,
“ayo! Masuk! Masuk!”kata pemimpin,
Kami masuk kedalam sebuah ruangan di depan kami tampak pasukan droid berjajar rapi dan siap menembak, adu tembak pun tak terelakan aku terus berusaha menembaki robot – robot itu aku tahan rasa sakit di tanganku,
“terus tembak!!”kata pemimpin,
Suara tembak menembak terus terdengar dan satu per satu robot berjatuhan dari pihak kami begitu pula di pihak mereka, tetapi jumlah mereka terus bertambah seiring bala bantuan yang mereka kirimkan dan beberapa orang di pihak kami tertembak,
“ini keadaan darurat”kata salah seorang di dekat pemimpin,

ketua, disini kami terdesak kami butuh bantuan, setengah pasukan telah tumbang,
siap ketua terima kasih.

Pemimpin kami berkomunikasi dengan ketua untuk meminta bantuan,
“bantuan akan segera datang! Tetap bertahan!!”serunya,
Bala bantuan pun datang kami berhasil memukul mundur robot pemberontak itu,
“maju!!”kata ketua, kami pun bergegas pergi ke dalam, dengan hati – hati kami bergerak cepat menyusuri lorong dan menembaki pasukan robot pemberontak yang datang,
“ayo kita ke penjara, kita bebaskan tahanan mereka dulu”kata ketua,
kami pun membebaskan tahanan di penjara,
“maaf, aku mau tanya apa kakakku ada disini?”tanyaku,
“kau anak itu?”kata seorang balik bertanya aku hanya menganggukan kepalaku,
“setelah saat itu kau pergi mereka membawa kakakmu tapi aku kira kau...”katanya sebelum terpotong olehku,
“mereka bawa kemana kakakku?”potong dan tanyaku,
“entahlah”katanya,
“ayo!! Cepat keluar Dari sini!”kata ketua,
para tahanan pun berbondong – bondong keluar,
“ketua! kita dalam kedaan terdesak”kata pemimpin kelompok,
“aku punya ide, kita terus maju sudutkan mereka ke arah sini”kataku,
“baiklah, maju semuanya! Terus menembak”seru ketua,
akhirnya mereka berhasil di kalahkan,
“bagus nak, darimana kau dapat ide itu?”kata ketua,
“aku pernah mengalaminya”kataku mereka tampak kebingungan,
“ketua! Kami temukan jalan ke aula tengah”kata pemimpin,
“ya, ayo bergerak!”kata ketua,
Kami segera bergerak ke aula, disana kami dapati kelompok 2 sedang menembaki droid kami segera membantunya,
“sepertinya kita menang”kata pemimpin kelompok,
“tetap berjaga – jaga, aku rasa ada yang aneh terjadi saat ini”kata ketua,
Tak berselang lama terdengar keras hentakan langkah robot dan sebuah pasukan besar dari semua lorong,
“kita dikepung”kata pemimpin,
“sepertinya begitu”kata ketua,
semua pasukan tampaknya ketakutan termasuk aku dengan rasa cemas aku kuatkan diriku walaupun aku tidak bisa mengelak dari apa yang akan di hadapi,
“sebelum mereka keluar, kita tembaki mereka terlebih dulu”kata ketua,
Kami pun bersiap menghadapi entah apa pun itu,
“tembak!!”kata ketua,
Kami langsung menembaki mereka walau belum terlihat wujudnya, tembakan seketika berhenti melihat robot – robot tangguh keluar,
“i..i..itu”kata pemimpin,
“tidak mungkin...”kata ketua,
Semua orang tampak tersengang melihat robot – robot itu, aku tidak mengerti kenapa mereka sampai tercengang – cengang melihat mereka aku pun mencoba bertanya,
“robot apa itu?”tanyaku kepada salah seorang di sebelahku,
“itu robot terbaru yang lebih canggih dari droid satu tembakannya akan membuat sesuatu hancur ”katanya,
“itu robot droid x, entah bagaimana mereka dapat membuatnya, padahal chip robot itu telah tersimpan rahasia bersama ketua kami yang beberapa hari ini tidak nampak”jelas orang satunya lagi,
“jangan – jangan ketua telah tertangkap dan berhasil mengambil chip itu”kata orang yang tadi,
“sepertinya begitu”balas satunya lagi,
“chip? Chip apa yang....ah..”kataku sebelum terhempas tembakan robot droid x itu,
“tembak!!”seru ketua dan beberapa orang lainnya,
“keadaan semakin mendesak ketua, tak ada jalan lain kecuali mundur”kata pemimpin,
“kalau kau mau mundur, mundurlah! Aku tetap disini”balas ketua
“tembakannya sangat kuat walau aku bersembunyi di balik tembok dan suaranya seperti bom”kataku mencoba bangkit dan menyingkirkan reruntuhan tembok yang menimpaku,
“inikah akhir dunia?”tanyaku,
“bukan, kita masih bisa memenangkan pertarungan ini asalkan ada chip yang satunya lagi”kata orang yang menjelaskan tadi,
“siapa nama ketua itu?”tanyaku,
“entahlah, dia tidak pernah memberitahukan namanya, tapi dia sering menceritakan seorang adiknya yang bernama refi”,
aku sontak tercengang, terkejut dan seolah tak percaya bahwa ketua pasukan aliansi perdamaian, aku pun teringat pesan kakak di video box saat itu, ada 2 chip yaitu yang jatuh ke tangan mereka dan chip yang di simpan di dalam roof,
“roof?”kataku pelan,
“apa?”tanyanya,
“chip itu ada dalam robotku roof”aku mencoba menjelaskan,
“dimana dia?”tanyanya,
“dia... roof? Roof? Apa itu kau roof?”kataku sambil melihat sebuah robot kecil berjalan ke arah kami,
“roof!! Itu benar – benar kau”kataku,
“apa itu robotnya?”kata orang itu tidak yakin,
“aku rindu padamu roof, cepat apa yang harus kita lakukan?”kataku,
“biarkan dia bertarunng..”katanya,
“ta....”,
“...dan jangan mencoba untuk mencegahnya”lanjutnya,
“baiklah, ayo roof bertarunglah dan kalahkan mereka”kataku pada roof,
aku tidak yakin roof akan mengalahkan mereka karena robot itu di rancang bukan untuk bertarung, Robotku pun mulai melaju perlahan dengan rodanya,
“hei, robot carilah chip disalah satu robot itu”teriak orang tadi,
Roof mulai bergerak sambil menghindari peluru bom yang bisa saja menghantamnya, roof  tiba – tiba berhenti di sebuah robot dan gerak geriknya mulai aneh, roof  pun mengeluarkan 2 pistol dari kanan dan kirinya dan mulai menembaki robot droid x itu,
“aku heran kenapa ada senjata di dalam roof padahal dia tidak dirancang seperti itu”kataku pelan,
“ayo kita bantu!”orang tadi, aku hanya mengangguk tanda jawaban ya,
“terus tembak!!”kata ketua,
suara tembakan terus berbunyi suara dentuman bom juga berbunyi tanpa di sangka salah satu tembakan pasukan pemberontak mengenai bagian atas tangan ketua, ketua pun bersembunyi dan kesakitan, aku datang dari arah belakang salah satu robot droid x, aku pun menembaki bagian belakangnya dan ternyata disanalah kelemahannya di bagian belakang, robot droid x itu langsung tersungkur dan rusak,
“ketua!!  kelemahan mereka ada di belakangnya!”teriakku ke ketua,
“kelompok 1 dan 3 alihkan perhatian mereka, kelompok 2 tembaki bagian belakang robot droid itu”seru sang ketua, semua kelompok bergerak cepat,
Ah..suara teriakan terdengar kembali pemimpin kelompok tertembak di bagian perutnya,
“refi!! Ambil alih kelompok 3!”teriak pemimpin,
aku tidak bisa melihatnya ada di sebelah mana tiba – tiba suara dentuman bom terdengar bersamaan dengan suara teriakan pemimpin kelompok aku ingin segera menghampirinya tetapi disana terlalu banyak pasukan pemberontak, dari arah lain ku lihat roof sudah kehabiasan dayanya dan mulai melemah walau pun memang robot droid itu sudah mulai rusak, roof  terus melemah dan akhirnya kehabisan daya
“tidak..roof...!!”teriakku menghampiri roof dan mencoba menggunakan tamengku untuk menghalangi tembakan tetapi aku dan tamengku terhempas ke belakang karena tembakannya,
si robot droid itu terus menembaki roof dengan membabi buta robotku itu pun hancur berkeping – keping sedangkan si robot jatuh karena sudah banyak sekali kerusakan secara serentak robot – robot droid x yang lain juga mulai berjatuhan,
“roof..tidak..tidak!!!”teriakku sambil memegangi potongan dan roof,
“sepertinya mereka mundur”kata ketua yang menghampiriku,
“ayo, bangunlah”lanjutnya,
“kita berhasil?”tanyaku, tiba – tiba,
“jangan senang dulu kalian”kata seseorang yang dari arah yang tak terduga sambil membawa seseorang yang di todong dengan pisau dan juga membawa beberapa pasukan dan aku lihat 2 orang yang saat itu ke penjara dan preman yang di jalan saat itu,
“kak panji??!!”teriakku,
“ketua??!”kata si ketua pasukan yang ada di sampingku,
“menyerahlah kalian atau orang ini ku bunuh”katanya sambil terus mendekatkan pisau ke leher kak panji,
“jangan dengarkan dia”kata kak panji,
“diam kau!!”teriaknya sambil menggesekan pisau ke leher kak panji sampai terluka,
Semua pasukan kami langsung angkat tangan dan menjatuhkan senjata termasuk aku, sedangkan robot kami yang tersisa di bawa oleh mereka, mereka juga menodongkan senjata ke arah kami dan mengepung kami, aku tidak bisa berpikir apapun di suasana yang genting seperti ini ketua yang berada di sampingku juga tampaknya pasrah,
“lepaskan dia!!”kata seseorang dari arah belakang pemimpin pemberontak itu dan menembaknya kak panji pun terlepas,
dia adalah riski dan beberapa robotnya, semua kembali mengambil senjatanya dan berbalik menodongkan senjata dan mereka angkat tangan dan meyerah,
Tembok – tembok berlubang dan hampir roboh, atap juga sama berlubang, air hujan pun turun dan membasahi tempat ini, semua pasukan tergeletak dimana – mana dan sedang di bawa satu per satu dalam keadaan hujan, si kakek bisa kembali bersama cucunya dan aku juga sangat senang melihat kakakku aku tidak ingin menayakan apapun padanya karena semuanya sudah jelas dia adalah ketua aliansi perdamaian sedangkan riski kembali bersahabat denganku dan menyadari kesalahan masing – masing, aku juga menceritakan apa yang aku tahu padanya, dogbot yang belum selesai total aku perbaiki aku serahkan kembali pada riski, aku juga berencana membuat robot roof versi keduanya yang lebih canggih.
Kedamaian kembali datang dan semua orang bersorak senang menyambutnya dan mulai saat itu perdamaian harus tetap terjaga.

Robot Penyerang (PART III)

“ada pesan” kataku sambil membukanya,
“jangan khawatir mereka di pindahkan ke tugas lapangan, kau disini sendiri dan bekerjalah dengan baik” pesan video dari orang yang aku, ilham dan widya temui kemarin yang ternyata adalah pimpinan mereka,
Seminggu lebih aku di dalam ruangan tanpa sinar matahari masuk sedikit pun, kulitku terlihat pucat karena selama 2 hari ini aku dipaksa untuk cepat menyelesaikan program mereka tanpa tidur, mataku mulai sangat lelah dan tak kuat untuk terus bekerja,
“hei nak, kau sudah selesaikan semua?” tanya pimpinan mereka yang datang tiba – tiba,
Aku hanya menggelengkan kepalaku,
“tidak? Bagaimana kau tidak bisa?” tanyanya,
“aku tidak tahu apa pun tentang program robot penyerang” kataku mulai kesal,
“apa? Kau..kau tahu darimana tentang itu?” tanyanya,
“a..aku..” ucapku,
“sudahlah, kau pasti tahu dari mereka ya? Biar aku perjelas dan luruskan pemikiranmu, robot ini di rancang untuk menyerang para pemberontak di kota dan untuk melindungi setiap orang disini” jelasnya,
“ta..tapi..” kataku,
“sstttt...kami datang untuk melatihmu dan membantu menyelesaikannya ini buku panduannya, kami akan menggunakannya dengan baik” katanya,
“jangan bohong!!” kataku dengan nada agak keras,
“kau pikir aku pembohong? Buktikan kalau aku pembohong?” tanyanya,
“jawab pertanyaanku, dimana ilham dan widya?” tanyaku,
“mereka ada di ruangan kerja yang lain lihatlah!, mereka juga sedang bekerja jadi jangan ganggu mereka” katanya sambil menunjukan sebuah jam dengan video cctv di sebuah ruangan yang terdapat ilham dan widya yang sedang duduk,
“baiklah ayo mulai latihannya” lanjutnya,
Entah kenapa aku menurutinya badanku seperti bergerak sendiri,
“apa benar yang dia bicarakan itu?” pikirku terus bertanya tanya,
Setelah satu bulan orang – orang itu datang dan melihat hasil kerjaku,
“apa ini yang namanya robot penyerang?” kata salah seorang berbadan tegap,
“tenanglah jendral, aku yakin dia melakukannya dengan benar, kau ingat 3 minggu lalu kita telah melatih dan memberitahunya kan?” kata pimpinan mereka,
“tidak pak, saat itu aku sedang pergi untuk memantau situasi di kota” jawab jendral mereka,
“baiklah, aku yang lupa” kata pemimpinnya,
“hei nak, kerja bagus kau menyelesaikannya”  lanjutnya sambil mengusap kepalaku,
“untuk keamanan, lebih baik kau tetap di dalam sini dan tak seorang pun bisa masuk ke dalam sini” lanjutnya lagi,
“ayo semua kita persiapkan” lanjutnya sambil berseru,
Mereka pergi dan semua pintu tertutup rapat, aku benar – benar di kunci di dalam sini,
“bagaimana aku keluar dari sini? tak seorang pun bisa mengeluarkan aku”  kataku,
“tunggu dulu, jika tak seorang pun bisa masuk ke dalam sini berarti aku bisa keluar sendiri” kataku,
“tapi bagaimana caranya?” tanyaku,
“aku jadi ingat rencana melarikan diri bersama...” kataku,
“ya itu dia, aku bisa mengambil alih sistem, sekarang semua orang disini telah keluar maka aku akan mudah untuk mengambil alih sistem” lanjutku,
Setelah bekerja dengan keras masuk sistem, aku pun mulai mendapat respon yang baik, tak perlu waktu sebulan hanya dua hari saja sistem itu telah selesai di retas, dan aku bisa ambil alih kendali, aku pun mencari ilham dan widya dari satu ruangan ke ruangan lain dengan cctv, aku pun menemukannya dan agak sedikit aneh dengan ilham dan widya, mereka masih di tempat yang sama dan dalam posisi yang sama tapi aku hiraukan itu dan segera pergi ke ruangan itu serta membuka pintunya dengan sistem,
“aku tak sabar bertemu mereka dan melihat dunia luar setelah sebulan terkurung disini” kataku begitu senang,
“ya ini dia ruangannya” kataku,
“ilham! Widya!” kataku tapi tak ada respon dari mereka,
Aku pun mendekatinya dan ternyata itu hanyalah sebuah robot boneka yang sudah tak terpakai,
“aku tertipu!” kataku,
“aku harus segera mencari mereka” kataku,
Aku pun bergegas mencari jalan keluar dari sini tapi tak aku temukan lalu aku pun kembali ke ruanganku dan mencarinya melalui komputer cctv, setiap tempat aku cari mulai dari tempat konsumsi yang banyak makanan dan minuman sampai tempat kosong yang terbengkalai, aku pun melihat hal yang aneh terdapat 4 orang yang terikat di belakang bangunan ini di depan sebuah halaman belakang yang luas dan terlihat panas,
“aku harus kesana” kataku yang langsung bergegas kesana,
Setelah sampai disana aku melihat mereka sudah terlihat lemas dan dalam kondisi kelaparan,
“aku seperti pernah melihatnya, orang ini mirip ilham dan yang ini adit...” kataku yang langsung terkejut,
“ilham, adit dan semuanya!” kataku tercengang melihat mereka telah berbeda dengan rupa yang saat itu aku kenal, badan mereka kurus dan banyak luka mereka juga dalam keadaan pingsan,
“bagaimana ini? Aku harus mencari makanan” tanyaku,
aku ingat di sekitar sini ada ruangan konsumsi dan masih banyak makanan dan minuman tersisa, aku segera kesana dan mengambil beberapa makanan dan air serta beberapa obat luka, aku pun menyadarkan mereka dan mereka pun bangun,
“rizki? kau kah itu?” tanya ilham,
“iya ini aku, ayo cepat makan ini dan yang lain silahkah makan” kataku,
“apa yang terjadi pada kalian?” tanyaku,
“kami di ikat, kau tidak lihat?” kata adit,
“bukan waktunya untuk menanyakan itu, kita harus segera pulih dan mencoba untuk menyelamatkan semua” kata kak roni,
“tapi..” kataku,
“benar kata roni kita harus segera menghentikan mereka” kata kak riko,
“caranya?” tanyaku,
“hanya ada 1 cara untuk mengalahkan mereka” kata adit,
“apa?” tanyaku dan ilham hampir bersamaan,
“merusak sistem mereka” kata adit,
“caranya?” tanyaku lagi,
“diamlah, kau terlalu banyak bertanya” kata adit,
“rizky, kau sudah ambil alih sistem mereka kan?” tanya adit,
“ya” jawabku,
“dan ilham, kau sudah baikan? Kalau begitu cari buku tentang robot itu” kata adit,
Ilham langsung pergi dan mencari bukunya,
“aku?” tanyaku,
“kau buka ruang kendali sistem mereka kami akan kesana dan berusaha membuat alat perusak sistem robot” kata adit,
Aku langsung ke dalam menuju ruangan itu,
“tunggu!!, dan tentunya kami pasti butuh bantuanmu” kata kak riko membuatku terhenti sejenak,
“dimana ruangan itu? Aku lupa” pikirku,
“aku lupa menanyakan sesuatu pada mereka, dimana widya?” pikirku lagi,
“cepat! Cepat! Ingatlah! Dimana ruangan itu?” pikirku terus berbicara dan aku mulai pusing mendengarnya,
Aku mencarinya dari ruangan satu ke ruangan yang lain,
“syukurlah, ini dia” kataku,
Aku segera mencarinya dengan sistem yang aku dapat dan segera menbukakan pintu ruang kendali,
“aku harus segera ke ruang kendali” kataku,
Aku berdiri dan segera ke ruang kendali,
“tapi..tunggu dulu, aku kan sudah mengambil sitemnya untuk apa aku ke ruang kendali aku bisa mengendalikannya dari sini” pikirku,
“aku akan bekerja dari sini kita akan saling berhubungan” kataku membuat sebuah sambungan dengan mereka,
“baiklah” kata kak riko,
Setelah beberapa jam kami mengerjakan sebuah alat yang membuat gelombang yang akan mengacaukan sistem dan segera pergi ke kota,
Kami melihat mereka, dan segera mengarahkan alat itu ke para robot,
“apa yang terjadi dengan alat ini? Dia tidak mau menyala” kata adit,
Aku langsung melihatnya tapi tak menemukan masalah, begitu juga dengan kak roni dan kak riko,
“apa yang salah dengan alat ini? Di saat penting dia tidak mau berfungsi tapi memang kita belum mencobanya” kataku,
“kalian butuh ini” tanya seseorang yang ternyata itu widya dian membawa semacam baterai,
Dia pun bercerita bahwa dia melarikan diri dari sana,
“kalian berceritalah, aku pinjam alatnya biar aku yang mengarahkannya” kata kak roni,
Kami langsung berhenti bercerita dan segera menyalakan alat itu,
“baik, saatnya menghancurkan mereka” kataku,
Gelombang itu mulai menyebar ke robot – robot itu dan itu cukup berhasil melemahkan kekuatan mereka,
“kekuatan mereka melemah” kata ilham,
“ya, kekuatan mereka melemah tapi kekuatan orang yang memenjarakan kita mulai menguat kembali” kataku,
“aku lupa memikirkan mereka yang satu lagi” kata ilham,
“tunggu, tunggu.. ayo ikuti aku” lanjut ilham yang sepertinya mempunyai ide,
Kami mengikutinya dan pergi menuju penjara,
“kita harus membuat pasukan” katanya lagi,
“pasukan?” tanya kak roni,
“ya, semua orang di penjara ini pasukannya, tapi ada masalah kecil yaitu bagaimana kita melepaskan mereka” kata ilham,
“aku tahu” kata dan langsung pergi ke penjara yang dekat dengan penjara bekas ilham yang sekarang semua penjara itu penuh,
“maaf, ingat denganku? Yang sebulan yang lalu melarikan diri” kataku pada seseorang di dalam penjara itu,
“tidak, aku baru beberapa minggu masuk penjara ini, tolong lepaskan kami semua” jawabnya,
“tunggu, aku punya sesuatu” kata seorang dari belakangnya,
“ini yang kau cari? Aku sudah berusaha memakainya tapi aku tidak tahu” lanjutnya,
“iya, iya itu dia, baiklah akan ku lepaskan kalian semua” kataku,
Aku langsung melepaskan mereka dan menuju kelompokku lagi, aku melihat mereka sudah membawa senjata dan semua orang di berikan senjata oleh orang yang memberi makan di penjara dulu serta wanita cantik yang tersenyum padaku dulu,
“sebenarnya siapa mereka?” tanyaku,
“mereka berdua kakakku, mereka yang menolong kita saat di serang” kata ilham mengejutkanku dari belakang,
“baiklah, sekarang kita keluar dan segera serang mereka” kata kak roni,
Semua orang keluar dan semua yang berperang tidak menyangka kedatangan kami kedua kelompok itu kewalahan dan kebingungan mana yang harus di serang terlebih dulu, jadi mereka melarikan diri dari sana dan kami menang dan harus kembali membangun kota yang hancur akibat peperangan.

Robot Penyerang (PART II)

“rizki! rizki!” suara itu perlahan mulai terdengar nyaring, nampak seberkas cahaya bersinar aku pun mulai membuka mata, sedikit demi sedikit terlihat 2 orang yang sedang melihatku dan menekan nekan dadaku,
uhukk.. uhukk.. aku pun tersadar dengan keadaan lemah seluruh tubuhku basah kuyup dan terbaring di tepi sungai,
“kau tak apa kan?” tanya widya,
“ti..tidak” jawabku yang masih terbaring,
“ada apa denganmu? Kenapa kamu tenggelam?” tanya ilham,
“a..aku..” jawabku lalu terpotong oleh perkataan widya,
“sudahlah kak dia baru sadar nanti saja kita tanyanya” widya mengalihkan perhatian,
“baiklah, ayo! Kita tidak bisa berlama lama disini karena robot – robot itu pasti melacak kita” kata ilham sambil membantuku untuk bangun widya juga ikut membantu,
Berjalan menyusuri hutan aku tidak tahu arah tujuan mereka, aku hanya mengikuti mereka dibelakang,
“kita sebenarnya mau kemana?” tanyaku,
“kita..emm..” jawab ilham sembil berpikir,
“kita tidak punya tujuan?” tanyaku lagi,
“sepertinya begitu” katanya lagi,
Tiba – tiba terdengar suara langkah kaki, sepertinya cukup banyak orang yang berjalan,
“ssttt.... cepat kesini!” kata ilham dengan mengajak kami bersembunyi di sebuah pohon,
Ilham pun sedikit demi sedikit mencoba untuk melihat segerombolan orang tapi sepertinya orang – orang itu tahu bahwa mereka sedang dimata matai oleh kami, mereka pun langsung menyiapkan senjata laras panjang dan langsung menembaki ke arah pohon tempat kami bersembunyi ilham pun langsung melepaskan beberapa peluru,
“keluar kalian! Siapa pun disana” kata seseorang disana,
“bagaimana?” kata ilham perlahan,
“kita keluar” balas widya,
Kami pun keluar ternyata mereka hanya berdua aku sempat terkejut, mereka mulai mendekat,
“siapa kalian?” tanya salah satu orang itu,
“kami kabur dari penjara” kataku,
“baiklah, ikut kami” kata orang itu,
“kemana?” tanya ilham,
“jangan banyak tanya” balas orang itu,
Kami pun dibawa ke sebuah bangunan besar yang sudah tua yang dikelilingi oleh hutan – hutan rimba,
“kami membawa 3 orang bocah yang katanya kabur dari penjara” kata salah satu orang,
“kemari kalian!” kata seseorang bertubuh tegap,
“apa benar yang dikatakannya?” lanjutnya,
“iya” kata ilham,
“oh.. ternyata itu kau ilham, aku tidak heran kau bisa keluar dari sana dan pastinya kau akan selamatkan saudari kembarmu, lalu siapa anak ini?” tanyanya ke ilham sambil menunjukku,
“hmm.. dia temanku” jawab ilham,
“baiklah” katanya,
dia pun berbisik kepada orang yang ada disampingnya,
“ayo ikut aku!” kata orang yang dibisiki itu,
“kalian pergilah aku mau berbicara dengannya dulu” kata ilham,
Aku dan widya pun pergi mengikuti orang tadi,
“mau kemana kita?” tanyaku,
“ke tempat dimana semua orang berkumpul” jawab orang itu,
Kami pun berjalan menyusuri lorong – lorong sempit, tak jarang kami bertemu orang yang berjalan ke arah yang berlawanan,
“kau masuk kesana!” katanya mendorongku,
“mau kemanakan widya?” tanyaku,
“wanita di tempat lain” katanya,
Aku pun masuk ke sebuah lorong yang gelap, aku pun mulai berjalan dengan hati – hati, dari kejauhan terlihat cahaya aku pun mendekatikanya, tampak sebuah ruangan dengan beberapa orang yang bekerja di komputer, sedangkan di dekat pintu ada 2 penjaga robot, mereka pun sadar aku ada di depan pintu dan mereka melihat ke arahku, dari wajah mereka tampak wajah – wajah lelah seperti tidak pernah berhenti bekerja, aku pun melihat salah seorang diantara mereka dan orang itu langsung berwajah cemas dan menggeleng gelengkan kepala, aku pun menatap satu persatu mereka dengan wajah dan gelengan yang sama, aku pun masuk dan tiba – tiba aku merasa ada yang aneh, aku pun melihat ke belakang dan tidak ada sedikitpun lorong tempat aku berjalan tadi semua ruangan ini tertutup rapat oleh tembok, hanya ventilasi kecil di langit – langit dan kamera pengintai dari berbagai sudut,
“ayo nak!” kata orang yang berkaca mata,
“tempat apa ini?” tanyaku,
“ini adalah tempat kita akan bekerja” jawabnya,
“apa maksudnya kita?” tanyaku lagi,
“ya kita, kami dan kau” jawabnya lagi,
“mereka memperkerjakan aku?” tanyaku,
“hmm, ayo nak ini komputermu” katanya,
“bisa apa aku? Aku tidak bisa bekerja apa – apa” balasku,
“baiklah akan aku ajari” katanya,
Terdengar suara bisik – bisik dan aku sedikit mendengarnya,
“ternyata dia tidak tahu apa - apa” kata seseorang disana,
“bukankan dia punya sesuatu yang istimewa?” kata orang – orang itu,
Setelah cukup lama aku di dalam ruangan, aku pun bertanya pada robot – robot penjaga,
“robot penjaga, boleh aku keluar dan bertemu ilham serta widya?” tanyaku,
“tidak ada yang boleh keluar dari sini!” jawabnya,
“hei nak ayo kemari kita makan dan istirahat dulu” kata orang berkaca mata tadi yang namanya riko,
Aku pun kesana dan setelah makanan kami habis tiba – tiba semua lampu padam yang bersinar hanyalah sebuah lilin kecil yang ada di sudut ruangan,
“hei nak kemari!” kata pak riko,
“iya pak” kataku,
“jangan terkecoh dengan tampang kami, kami ini masih muda tapi karena sudah lama didalam sini kami pun seperti tampak tua dan pucat” jelasnya,
“baiklah aku panggil kalian kak saja” kataku,
“sudahlah beri tahu dia, jarang sekali kesempatan seperti ini” kata kak roni,
“ada apa? Apa yang ingin kalian beri tahukan?” tanyaku,
“kami sudah memberimu kode supaya kau pergi dari sini saat kau datang kesini..” kata kak roni,
aku pun mengingat jelas saat itu saat mereka menggelengkan kepala,
“kau disini di perkerjakan untuk menyelesaikan proyek robot penyerang” lanjutnya,
“robot penyerang?” kataku bingung,
“iya, robot – robot canggih yang akan menyerang apa dan siapa pun sesuai kehendak si pemilik, dan kau harus selesaikan robot penyerang itu dalam 1 bulan” jelasnya,
“aku yang menyelesaikannya? Bisa apa aku? Bukankah kalian yang bekerja disini?” tanyaku,
“iya tentu kau yang paling inti sedangkan kami hanya membantu, kau akan tahu setelah beberapa hari disini dan untuk mencegah robot itu tercipta kau harus pergi dari sini” katanya,
“itu tidak mudah” kata kak adit,
“apa maksudmu kak?” tanyaku,
“jangan panggil aku kak, aku ini seumuran denganmu, ....maksudku kita butuh sebuah program khusus yang akan mengambil alih sistem dan merekayasa sistem yang ada disini dan itu butuh waktu setidaknya sebulan untuk itu” kata adit,
“baiklah aku tidak akan memanggilmu kak, lalu bagaimana?” tanyaku,
“kita usahakan secepat mungkin dan secepat mungkin juga kita harus sudah tampak tertidur atau mereka akan curiga, ayo! Ayo!” kata kak riko,
Kami pun langsung memposisikan diri untuk tidur tapi aku masih terpikir tentang rencana ini dan yang menjadi pertanyaanku adalah siapa ilham dan saudaranya itu? Bagaimana keadaan mereka? Apa mereka juga sepertiku?
Besok harinya aku terbangun tapi orang – orang yang bersamaku hilang, hanya aku sendiri di ruangan ini, tapi aku langsung menuju tempat kerja dan menyelesaikan programnya,

Robot penyerang (PART I)

Perlahan aku berjalan menapaki sebuah gang, dengan wajah cemas dan khawatir aku sesekali bersembunyi di sela-sela tembok ketika ada orang lewat, aku terus berjalan dengan hati-hati,
“angkat tangan!” tiba-tiba ada sekelompok orang di belakangku yang menodongkan senjatanya,
Aku pun digiring ke sebuah tempat dalam keadaan tangan di rantai,
“cepat jalan!” kata seseorang yang memegangi rantai dan memukulku dengan senapan, aku tidak bisa melawan mereka, mereka cukup tangguh dengan penjaga robot di sekeliling,
“masuk!” katanya sambil mendorongku ke dalam jeruji besi,
Aku perhatikan orang itu bercakap-cakap dengan seseorang melalui jam hologram,
“iya pak, kami telah menangkap seorang tawanan lagi” kata orang itu,
“hei! lepaskan aku! Kenapa kalian tangkap aku” kata seseorang pria di penjara sebelah,
“diam!” kata penjahat tadi yang suaranya begitu menggema di tempat sempit ini,
“tutup mulutnya” katanya kepada sebuah robot,
lalu dia melanjutkan kembali percakapannya sedangkan sebuah robot menembakkan pistol lengket ke mulutnya
“iya siap pak” lanjutnya,
“bawa dia bersamaku, tuan kita membutuhkannya lebih cepat” lanjutnya lagi,
Mereka pun pergi membawa pria yang di penjara tadi, aku hanya terdiam melihat semua itu rasa takut mulai menyelimuti diriku dan aku hanya bisa duduk sambil memeluk kaki yang terasa dingin,
“hei” kata seseorang di penjara dekatku, aku hanya menoleh dengan wajah sendu,
“siapa namamu?” tanyanya,
Sedikit demi sedikit wajahnya mulai terlihat dari balik kegelapan,
“jangan takut, ayolah kawan siapa namamu?” tanyanya sekali lagi,
“a..a..aku rizki, kamu siapa?” kataku terbata – bata,
“perkenalkan namaku ilham dan itu saudari kembarku widya” katanya sambil menunjuk seorang gadis,
“kem..kembar?” ucapku,
“iya” jawabnya,
“kamu sepertinya terlihat takut” lanjutnya,
“hmm..mungkin” kataku yang  jelas agak ketakutan,
“tenang saja, kita pasti akan diselamatkan” katanya begitu percaya diri,
“apa mungkin?” kataku ragu,
“tentu saja mungkin” jawabnya,
Malam hari suasana begitu hening di lorong – lorong penjara, cahaya lampu yang redup dengan sisi gelap di sekelilingnya, udara yang terasa dingin dan pengap seolah menjadi pelengkap diriku di penjara ini, aku memang suka malam yang hening karena aku bisa menyaksikan bintang – bintang bertaburan di langit tanpa terganggu siapa pun tapi tidak dalam kondisi seperti ini terkurung di dalam penjara yang pengap, aku hanya bisa menatap jendela dengan jeruji besi dari balik tembok bata yang rapuh dan lembab, tiba – tiba seseorang muncul dari pintu lorong persis di depan penjaraku, dari ciri – cirinya aku yakin orang itu salah satu teman orang yang menangkapku,
“bawa siapa lagi mereka?” hatiku bertanya tanya,
Orang itu membawa seorang wanita cantik yang juga memakai seragam yang sama membawa sebuah kantong plastik besar,
mereka pun menuju penjara disebelahku tempat dimana ilham berada,
“hei bangun semua!!” teriak orang tadi,
Ilham yang sedang tertidur pulas langsung terbangun begitu pula dengan saudara kembarnya,
“ini!” katanya sambil menaruh sesuatu di depan penjaranya,
Lalu mereka terus menjauh sambil menaruh benda yang sama ke setiap penjara yang di lewatinya,
“tunggu dulu” kata wanita cantik yang bersama orang tadi,
“ada apa?” tanyanya,
“kita melupakan seseorang” kata wanita itu,
Lalu wanita tadi kembali ke arahku dengan membawa benda yang sama yang mereka taruh di depan penjara,
“ini untukmu” katanya dengan senyuman yang begitu manis lalu dia kembali lagi ke orang tadi,
aku pun menerimanya dengan tanganku lalu memperhatikan benda itu yang mirip dengan kotak makan,
“jangan heran itu hanya makanan” kata ilham,
Mereka pun berlalu, suasana yang hening kini kembali gaduh dengan suara kotak makan di buka, aku pun membuka perlahan kotak makan itu dan segera melahap isinya,
“bagus” kata ilham begitu pelan,
aku langsung menengokkan kepalaku ke arahnya, aku melihat di dalam kotak makan itu bukanlah makanan tapi sebuah pistol, 2 buah jam tangan dan beberapa alat lain yang aku tidak tahu namanya,
aku terkejut, heran dan penasaran melihat itu,
“rizki, ini dia alat – alat yang akan mengeluarkan kita dari sini” katanya dengan agak berbisik dan mendekat ke arahku,
“aku tidak mengerti” kataku,
“jangan di pikirkan nanti setelah keluar aku akan ceritakan semuanya” balasnya dengan santai,
“lalu bagaimana kamu akan makan?” tanyaku,
“aku akan makan bersama kembaranku” balasnya,
Aku pun kembali memakan makananku.
Besoknya aku dibangunkan oleh ilham dia begitu antusias dan bersemangat di hari ini mungkin karena dia ingin membebaskan diri, sekali lagi orang – orang yang semalam memberikan kami makan kembali dan memberi kotak makan itu, seperti semalam mereka membagikannya yang wanita cantik memberikannya padaku dan orang galak itu memberikannya ke ilham, entah kenapa wanita cantik itu selalu tersenyum saat memberikannya padaku, apa mungkin..,
“ah..sudahlah aku tidak ingin memikirkan hal itu” kataku dalam hati,
Mereka pun kembali berlalu, aku pun segera memakan makanan itu,
“rizki! Jangan makan itu” kata ilham,
aku langsung menghentikan tanganku,
“kenapa?” tanyaku,
“jangan banyak tanya, masukan kembali makanan itu” katanya,
“nanti setelah yang lain selesai makan kita akan membebaskan diri....” lanjutnya,
“apa hubungannya dengan aku dilarang makan? Bukannya setelah makan ini dia akan membebaskan kami” kataku dalam hati,
“rizki?!” katanya mengejutkanku,
“iya?” tanyaku,
“kamu dengar apa aku bicarakan?” tanyanya,
“bicara apa?” tanyaku heran,
“dengarkan aku, widya ayo kesini” katanya langsung kedua orang,
“setelah selesai makan rizki kamu harus mencoba membuka kunci penjara ini memakai alat ini sedangkan aku berusaha mengalihkan perhatian robot – robot yang berjaga dan widya kamu juga harus berusaha membuka kunci penjara kita lalu kalau ada waktu bukakan penjara yang lain, Oke semua?” jelasnya,
“hmm.. aku akan coba” kataku,
Semua orang di penjara ini selesai makan, saatnya untuk beraksi,
“hei robot, aku ingin ke buang air” kata ilham,
Lalu robot – robot itu pun mengantarkan ilham,
Aku hanya mencoba membuka kunci penjara ini tapi aku tidak tahu cara pakai alat ini, lalu aku perhatikan widya memakainya aku pun mengikutinya dan berhasil, tampak widya mengacungkan jempolnya aku pun demikian lalu dengan sigap widya langsung keluar di ikuti olehku dan langsung menembaki robot – robot itu sedangkan aku mencoba membuka penjara lain tapi sial segerombolan robot mulai terdengar,
“rizki, ayo!” kata ilham dari kejauhan sedangkan widya tetap berjaga jaga,
“tapi..” kataku,
“ayo cepat!, kita tak punya waktu untuk membebaskan semua orang” kata ilham,
Aku pun segera bergegas pergi dan kami bertiga berusaha untuk sebisa mungkin tidak terlihat oleh siapa dan apa pun di luar sana tapi beberapa robot melihat kami, kami pun berusaha menghindari setiap tembakan, sedangkan widya menyerahkan pistol ke ilham dan ilham mencoba untuk menembakinya, tiba – tiba beberapa robot lain datang dari arah depan,
“ilham, di depan ada banyak robot lagi” kataku ke ilham,
“terus lari jangan berhenti” kata ilham,
kami terus berlari apapun yang akan terjadi nanti tapi seketika robot – robot itu tumbang entah siapa yang menembakinya tapi yang jelas ilham sepertinya hanya menembaki robot di belakang,
kami sampai di sebuah pintu, aku pun membuka pintu itu,
“bagaimana ini? Di depan kita ada sungai” kataku,
“lompat ke sana” kata ilham,
“apa?” tanyaku terkejut,
“cepat lompat!” teriak ilham,
“ta..tapi” kataku,
“cepat.. ayo!” kata widya yang dari kemarin dia hanya bungkam kini dia bersuara,
aku semakin terkejut sedangkan widya langsung menceburkan diri ke sungai,
“widya..” teriakku,
“cepat ikuti widya!” kata ilham semakin mendekat denganku yang tadinya di belakang,
“bagaimana kalau..” kataku yang aku potong karena Ilham juga langsung menceburkan diri ke sungai, mereka tidak terlihat lagi di permukaan,
Aku semakin terdesak dan tidak bisa berpikir jernih padahal robot – robot itu semakin dekat,
“bagaimana ini?” tanya semakin bingung,
“ah..baiklah aku menceburkan diri juga” kataku langsung menjatuhkan diri ke sungai,
Aku melihat robot – robot itu dan mereka sepertinya tidak bisa berenang tapi tiba – tiba roket menyala dari punggung mereka dan mereka terbang ke atas sungai dan mulai mencari kami sedangkan aku mulai tenggelam dan kehabisan udara.

Kamis, 02 Februari 2017

love and war

Aku mulai pusing dengan setumpuk barang elektronik di sudut kamarku yang tidak terpakai, membuat satu robot saja susahnya minta ampun padahal aku harus memb awanya besok, aku mencoba kembali memikirkan apa saja yang salah dengan robotku ini,
“ahh!! dasar sampah!!” kataku mulai kesal,
bukan tidak mendasar aku bicara seperti itu karena memang aku ambil dari barang-barang rongsokan yang ada di tempat daur ulang,
“coba aku punya uang untuk beli peralatan yang memadai” ketusku menyalahkan diri sendiri,
Aku pun segera pergi ke taman kota dan bertemu alia teman sekelasku, aku sudah menyukainya sejak lama tapi aku masih malu dan ragu,
“hai rio, sudah selesai tugasmu?” tanyanya,
“belum” jawabku,
“kan besok harus sudah dibawa, mau lihat punyaku? Nanti aku bantu punyamu” katanya bergegas mengajakku,
“emm..a..alia, aku ingin bicara sesuatu padamu” kataku grogi sambil menggaruk-garuk kepala,
“apa?” tanyanya,
“aku ingin lihat punyamu” kataku, aku tak sanggup mengatakan perasaan ini padanya, sepertinya alia hanya sedikit tersenyum,
Sebenarnya aku ingin dia menjadi pacarku tapi aku masih takut kalau dia akan menolakku dan membuat pertemanan kami putus,
Kami pun sampai di rumahnya yang begitu asri, ya karena tumbuhan agak mahal harganya keluarga mereka memeiliki ide kreatif untuk membuat replika tumbuhan sendiri pastinya dengan teknologi tumbuhan imitasi itu terlihat lebih indah dengan berbagai spektrum warna,
“rio?” tanyanya mengejutkanku yang sedang asik menikmati halaman rumahnya,
“iya?” kejutku,
“ayo masuk” ujarnya begitu lembut,
Dia pun mengangkat tangannya lalu dia menyentuh smartwacht-nya dengan jari jemarinya yang lentik, seekor kucing menghampiri kami,
“kucing yang manis ”kataku mengelus bulu bulu kucing yang lembut,
“ini robotku” katanya,
“robotmu?” tanyaku agak heran,
“ya” jawabnya singkat,
“bagus sekali, mirip kucing asli” ujarku memujinya, dia hanya tersenyum manis,
“terima kasih, tapi itu belum sepenuhnya” lanjutnya lagi sembari menggendong robot kucing itu,
Aku hanya terdiam tak tahu maksudnya apa,
“mau minum?” tanyanya,
“terima kasih” kataku sambil tersenyum dan mengambil air di tangan alia,
“tunggu ya, aku kesana dulu, duduk saja dulu” katanya lalu bergegas pergi ke sebuah pintu, kurasa itu kamarnya,
“hmm” mataku tertuju pada sebuah gambar entah itu lukisan atau foto di dinding ruang tamu ini aku pun memfotonya untuk kenang kenangan,
“ini mirip sebuah peta” gumamku,
“rio?” lagi lagi dia mengejutkanku,
“alia, gambar apa ini?” tanyaku penasaran,
“entahlah, aku juga tidak tahu nenekku yang membawanya kesini” jawabnya,
“ayo ayo, sebelum hari semakin siang kita selesaikan tugasmu” ujarnya begitu semangat,
 aku pun mengiyakannya dan bergegas keluar tapi alia malah pergi ke sebuah pintu lagi, kurasa itu sebuah garasi, dia mengeluarkan sebuah speedbike sebuah sepeda dengan dengan roba yang berteknologi elektromagnetik, sepeda itu bisa melayang di atas jalanan,
“kau bisa mengendarai sepeda?” katanya, aku menggelengkan kepala, ya sudahlah ayo naik di belakangku, memalukan sekali aku di boncengi oleh seorang wanita tapi mau bagaimana lagi aku harus melakukannya, setelah sampai dia benar benar membantu pekerjaanku hampir 80% bodohnya aku padahal ini pekerjaanku tapi malah alia yang mengerjakan,
Besoknya adalah hari besar, pesta robotika namanya dimana setiap orang berhak ikut mengkonteskan robot mereka dan kami sebagai tuan rumah wajib ikut,
“hai rio” sapa temanku,
“hai ari” balasku,
“jadi juga robotmu, bagus juga” katanya,
“thank’s,..emh.. mendekat” kataku agak berbisik, ari mendekatkan kepalanya,
“aku di bantu alia” bisikku di telinganya, ari tampaknya menahan tawa setelah ku jelaskan,
“he..ba..gus..” katanya masih menahan tawa,
Suasana pesta robotika begitu ramai, aku tak tahan dengan keramaian ini ingin rasanya aku pulang saja, tiba tiba terdengar ledakan di luar gedung, lantai terasa berguncang ruangan ini terlihat ingin runtuh, beberapa bagian temboknya mulai berjatuhan langit langit bergoyang dan menimpa semua orang,
“gedung ini akan runtuh” kataku, aku begitu panik, dan berlari menuju jalan keluar,
“tak ada jalan keluar, kemari ikuti aku” ari menyeret tanganku dan mengikutinya pasrah aku hanya mencoba menghindari dinding dan langit-langit gedung yang berjatuhan,
“gawat, kita terjebak” kata ari,
“apa maksudmu?” teriakku,
“we’ll die” katanya, sesaat setelah ucapan ari itu ledakan kedua terdengar begitu dekat di atas kepala kami, gedung ini benar benar runtuh total gedung yang tingginya 2 lantai ini runtuh menimpa apa yang ada di bawahnya, aku menitikan air mata sesaat sebelum aku benar benar tertimpa reruntuhan,
“ah..” sebuah bongkahan menimpaku dan aku pun tersungkur,
Perlahan aku membuka mata,
“apa yang terjadi?” pikirku penuh tanya,
“apa aku sudah mati?” ujarku,
Aku melihat ke sekeliling, badanku terasa di himpit suatu yang berat aku tak bisa menggerakan badan,
“ah..” rintihku napasku terengah engah tenggorokanku terasa di cekik,
“dimana ini? Kenapa begitu gelap? Ah... Aku terjebak di reruntuhan” keluhku, aku merasakan darah mengalir dari beberapa bagian tubuhku,
“perih..ah..tolong..” rintihku dengan suara parau, aku teriak meminta tolong pada siapapun di sekitar sana tapi sepertinya tak ada orang yang mendengarku, samar samar ku lihat cahaya di belakangku, semakin jelas dan semakin besar, ku lihat sebuah kaki penuh luka di depanku aku tak melihat siapa orang itu karena bagian atas tubuhnya tertimbun reruntuhan, cahaya itu semakin besar,
“mungkin ini akhirnya” kataku, Suara rekahan tembok terdengar jelas,
“seperti ada yang menggaruk garuk temboknya?” gumamku, Sepertinya suara garukan itu berhenti, cahaya sudah terang dan reruntuhan itu sepertinya tidak menghimpitku lagi tapi aku masih belum bisa mengangkat badanku berbalik saja rasanya tak sanggup, tulang tulangku terasa patah, sendi sendiku terasa copot tubuhku benar benar kaku dan remuk,
Sepertinya sesuatu/seseorang yang menolongku menghampiri,
Miaww,
“kucing?” nafasku berhenti melihat seekor kucing mengusap-ngusapkan tubuhnya ke wajahku, kucing itu menaiki badanku sedangkan aku masih tak percaya dengan apa yang di lihat, aku merasa kucing itu sedang mendorong dorong kakiku dengan kepalanya,
“awh..” kataku,
“oke aku akan coba berdiri” kataku pada kucing itu, perlahan aku gerakan tanganku terasa kaku tapi aku coba lalu bagian bagian lain tubuhku mengikutinya, akhirnya aku berdiri walau agak kaku dan sempoyongan,
“aku lapar? Perasaan tadi pagi aku makan” kataku, ku lemparkan mataku di sekeliling tak ada tanda kehidupan hanya reruntuhan bangunan yang tampak lapuk kota tempat tinggalku sudah hancur luluh,
“kau tidak sadarkan diri selama 2 hari” terdengar seseorang mengatakan itu,
“siapa?” kataku membalikan badan dan mengarahkan pandangan ke semua penjuru,
“over here, di bawah mu” kata sesuatu yang tak terlihat itu,
“kucing?” tanyaku,
“kau sudah tanyakan itu 2 kali” katanya,
“aku alia’s cat.. miaww” lanjutnya,
“alia? apa maksudmu? Dimana dia?” aku penuh tanya,
“aku di tugaskan mencari orang ini” kata kucing itu lalu mengeluarkan semacam hologram dari matanya,
“itu aku? Hei itukan saat aku di rumah alia kemarin, tunggu...kau robot kucingnya alia?” tanyaku,
Kucing itu menganggukan kepala,
“dimana alia?” hatiku terasa sakit kalau harus kehilangannya,
“dia bersembunyi” ujar kucing itu,
“bawa aku ke sana!..tunggu...” kataku penuh semangat lalu aku mengangkat puing puing reruntuhan dan ku temukan seseorang tergeletak tak sadarkan diri,
“denyut jantungnya lemah” kata kucing itu,
“ari?” aku terbelalak melihat temanku penuh luka dan tidak berdaya tubuhnya yang putih sekarang terlihat begitu pucat wajahnya yang tampan kini penuh luka,
“ari bangun ri” kataku menggoyangkan tubuhnya,
“ayo ayo bawa aku ke tempat persembunyian alia” kataku sambil berusaha menggendong ari,
“cepat!” lanjutku, aku mengikuti kucing itu pergi, di tengah perjalanan kucing itu tiba tiba berhenti,
“kenapa kau berhenti? Dia tak bisa bertahan lama” kataku,
“aku mendeteksi sesuatu” kata kucing itu,
Sebuah langkahan sesuatu menyeruak di telingaku aku pun berkeringat dingin, aku segera pergi ke sebuah reruntuhan tembok untuk bersembunyi,
“matilah aku” kataku pesimis,
Terdengar suara perbincangan,
“apa yang kau dapat?” tanya seseorang disana sepertinya dengan temannya,
“ terdeteksi kehidupan di balik tembok itu” suara itu mirip robot,
“tembok?” gumamku,
“tembak tembok itu kurasa militer sedang memata matai kita” kata seorang lagi,
Di tembaknya tembok ini tapi aku beruntung dapat melarikan diri sebelum tembok itu di tembak dan meledak,
“sensornya mencapai ketebalan 2 meter” kata kucing itu,
“terima kasih kucing” kataku,
“sama sama” jawabnya,
“jadi kemana kita pergi?” tanyaku pada kucing itu,
“kalian tidak akan bisa mengelabuiku” teriak seseorang,
“orang itu?” kataku terkejut,
“ambil ini lalu lempar ke arah mereka” kata kucing itu mengeluarkan sesuatu dari perutnya berbentuk bulat mirip bola tenis,
aku mengambilnya ku letakan ari dengan hati hati, aku menunjukan wajahku pada mereka walau ragu apa boleh buat aku harus melakukannya, tampak 2 orang berkaca mata menatapku tajam dengan sebuah robot humanoid yang siap menembak di depan mereka,
“iyah..”aku melemparkan bola itu dan langsung pergi terdengar suara ledakan dari arah belakangku aku pun melompat jauh, lalu terdengar ledakan kedua di tempat mereka,
“apa mereka tewas?”dari balik tembok mataku melihat mereka semua tersungkur,
“ayo pergi” kataku, aku kembali mengendong ari yang suhu tubuhnya semakin mendingin,
“cepat cepat” kataku pada kucing itu, aku berjalan setengah berlari karena gendonganku, suara desingan peluru kembali terdengar,
“seseorang mengejar kita” kataku, aku mempercepat langkahku,
“sepertinya mereka tidak mati semua” kataku lagi,
“ah..” tiba tiba aku terjerumus pada sebuah lubang cukup besar yang menganga,
Byarrrr terjatuh pada aliran air di bawah tanah, aku berusaha meraih ari yang mulai tenggelam, aku cukup kewalahan karena aku tidak bisa berenang aku mencoba meraih ari tapi apa daya aku malah tenggelam dan tak ingat apa-apa,
Uhuk aku sadar dan memuntahkan sejumlah air, napasku terengah-engah, aku melihat seseorang di sampingku
“ari? Ari?...” kataku begitu lemah terdengar penuh kekhawatiran,
“dia ada di tempat tidur rio” kata orang itu,
“rika?” aku mulai bangkit menyadarinya,
“ya?” katanya,
“dimana ini? Dan dimana ari?”tanyaku,
“di tempat persembunyian kami, alia’s cat yang membawa kalian, alia sedang merawatnya” jawabnya,
“alia?” aku pun segera bangkit, aku pun mencari alia ku lihat dari sebuah celah seperti jendela tua alia tampak khawatir dengan ari, alia mengusap lembut wajah ari yang tampan itu, timbul gejolak di hatiku tapi aku akui aku berbeda jauh dari ari tak mungkin bisa aku menyainginya,
“i love you alia, hanya itu yang ingin ku ucapkan dari dulu tapi mungkin aku tak bisa memilikimu” kata kata itu terucap begitu saja tak keras tapi cukup terdengar di telinga tanpa sadar mataku berkaca kaca,
“rio?”  kata alia,
“aku kira kau....” lanjutnya memelukku erat,
“aku tahu kau tidak bisa berenang..he..tapi aku bersyukur kau selamat” lanjutnya lagi dengan sedikit tertawa sambil menitikan air mata,
“sudahlah” kataku melepaskan pelukannya seolah tak peduli karena hatiku telah tertutup cemburu,
“bagaimana keadaannya?” tanyaku,
“buruk, denyut jantungnya kian melemah hampir hampir aku tidak bisa merasakannya” jawabnya, aku begitu iba tapi aku juga cemburu buta dengannya,
“apa kalian di ikuti sewaktu kalian kesini?” teriak rika dari kejauhan,
“sepertinya....” ucapku belum selesai,
Duarrrrr suara ledakan begitu keras meruntuhkan beberapa dinding yang telah lapuk,
“mereka menyerang” kata rika,
“apa motif mereka menyerang kota?” tanyaku,
“jangan tanya aku, bantuan militer belum datang?” kata alia,
“belum, rio kita tak tahu apa maksud mereka” jawab rika, alia kembali pergi ke dalam, lalu keluar lagi membawa senjata lengkap,
“alia’s cat ayo mode bertempur” katanya begitu tegas,
“hei hei kau mau kemana?” aku menahan lajunya,
“menyerang mereka” katanya, alia yang lembut kini berubah bak seekor singa betina yang mencari mangsa,
“aku juga, jaga ari” kata rika menyusul alia yang entah kapan dia bawa senjata,
“aku?” aku penuh keheranan dan keterkejutan, aku juga kesal karena sepertinya aku di anggap lemah,
“aku akan menyusul mereka” kataku,
aku pun menyusuri lorong lorong di dekat sungai bawah tanah itu, menembaki setiap robot yang mencoba masuk,
“banyak sekali mereka... euah...euah..” keluhku sambil menyingkirkan mereka,
“rasakan ini, rasakan ini” kataku terus menembaki, tapi bukannya berkurang jumlah mereka semakin banyak dan aku terkepung di antara mereka,
“jadi orang ini yang membunuh jendralku” kata seseorang yang melayang dengan sebuah benda berbentuk setengah bola padat,
“habisi dia” katanya, melawan percuma tidak melawan sama saja mati, tiba tiba seseorang mengait bajuku sehingga aku terbawa terbang,
“tembak!!!” teriak orang itu, tembakan mereka semua meleset aku juga memabalas tembakan mereka dengan membabi buta, orang yang mengaitku tadi menjatuhkanku perlahan,
“kini kau jadi sasarannya” katanya,
“alia? Kau? Speedbikemu terbang tinggi?” tanyaku,
“kau heran rio? Aku memang sudah merancang speedbike dengan dorongan turbo di bagian bawah” jelasnya,
“kreatif” sempat sempatnya aku memuji di tengah tengah suasana genting,
“ayo ayo naik” kata alia dengan wajah cemas,
“aku tak sangka di selamatkan seorang gadis” kataku,
“sepertinya tidak” kata alia,
“apa?” tanyaku keheranan,
“jalan buntu” katanya, alia menepikan sepedanya,
“apa yang harus kita lakukan?” tanyanya,
“melawan!” kata kataku seolah seorang pemberani,
“naiki sepedanya, cepat” ujarku, dia mendekati sepedanya walau dia ragu,
“mau apa kau?” tanyanya,
“cepat pergi dari sini, aku akan mengalihkan perhatian mereka” kataku,
“tapi...” katanya ragu,
“cepat jangan membantah, mungkin untuk inilah aku ciptakan” kataku penuh keputus asaan dan rasa amarah,
“kau tidak di ciptakan untuk ini rio, kau di ciptakan untukku” kata katanya mengggetarkan hatiku tapi apa mau di kata ini keadaan mendesak,
“kau pergilah cari bantuan militer, tuntun mereka kesini biar aku sudah jadi mayat pun usahaku tidak sia sia” ujarku,
“baiklah, kalau itu maumu” kata alia mulai meraih sepedanya,
“aku juga mencintaimu rio, kau tak perlu cemburu dengan ari” katanya lalu bergegas pergi, aku mendengarkannya batinku campur aduk, penyesalan, senang dan takut menjadi satu aku menatapnya, dia pun mengayuh sepedanya melewati kelompok robot itu dengan mulus karena aku mengalihkan perhatian mereka, setelah berapa jauh dia menengok ke arahku dengan wajah sendu lalu berpaling lagi dengan kecepatan maksimal,
“bagaimana aku bisa bertahan ini, tak ada tempatku sembunyi masa aku harus terus menghindari tembakan mereka” gumamku,
“ah..” teriakku tangan kiriku terkena pelurunya pistol di tangan kiriku terjatuh,
Secara membabi buta mereka menyerang, satu demi satu anggota badanku di tembus timah panas, aku terjatuh tak berdaya,
“hentikan” suara teriakan seseorang, tembakan pun terhenti,
“ini bagianku” sahutnya lagi,
Orang itu mendekat tepat di atas kepalaku lalu menjambak erat rambutku dan mengangkat kepalaku, napasku terengah tak berdaya dalam keadaan tengkurap,
“kau sepertinya akan mati walau tidak ku habisi”katanya lalu membenturkan wajahku ke lantai lorong yang becek darah mengalir dari hidungku,
“Tapi untuk memastikan itu”, dia menodongkan senjata laras panjang ke tubuhku tepat di bagian punggung perut,
“aku ingin menghabisimu perlahan” lanjutnya dengan tawa yang menggelegar tetapi keajaiban terjadi, tembok di atas mereka mulai bergetar dan runtuh menimpa para robotnya,
“apa yang terjadi?” kata orang itu membalikan badannya dan menatap ke atas lorong, aku meraih pistolku yang tidak begitu jauh dan ku tembakan pistol itu ke arahnya tepat menembus bagian dada, dia pun mengerang dan jatuh tersungkur,
“ha..ha.. rasakan itu..aku sekarang bisa tenang..” kataku yang sempat sempatnya tertawa,
“rio!!” teriak seorang wanita yang ku kenali, dia masih mengendarai speedbike,
Dia turun dengan bergegas lalu membalikan badanku dan merangkulku di pelukannya, tangisnya pecah di antara suara tembakan yang masih terdengar,
“rio!! Maafkan aku” ucap alia,
“untuk apa? Tidak ada yang perlu di maafkan.. aku yang harus minta maaf..” ucapku lalu berhenti suasana menjadi gelap terdengar suara teriakan alia di telingaku memanggilku perlahan lalu menghilang,
Perlahan aku kembali membuka mata terlihat rika dan alia sedang duduk di samping ranjang,
“sudah berapa kali aku pingsan belakangan ini?” tanyaku, wajah alia menjadi ceria kembali,
Dia memelukku begitu erat, ah..aw..
“maaf rio” ujar alia tersenyum dengan tetesan air mata bahagianya lalu melepas pelukannya,
“berapa hari aku disini?” tanyaku,
“aku merasa bertahun tahun kehilanganmu” jawab alia membuatku kaget,
“kau lebay alia, sudah sekitar 4 hari mungkin” jawab rika,
“selama itu? Di-dimana ari? Apa dia baik-baik saja?” tanyaku,
“di-dia....” ujar mereka begitu banyak berpikir,
“aku disini rio, terima kasih kau menyelamatkanku dan aku maafkan rasa cemburumu”kata ari mendekat, aku keheranan sepertinya mereka membeberkan semua ceritaku padanya,
“maaf, sebenarnya aku memata mataimu melalui robotmu yang ku pasang kamera” ujar alia,
“apa? kau memata mataiku? Ah.. mungkin itulah yang menyelamatkanku” balasku,
“boleh aku naik speedbikemu lagi alia?” tanyaku, dia tersenyum mengiyakan,
Aku pun terbang bersamanya tentu kali ini aku yang memboncenginya, setelah sampai di puncak sebuah gedung tertinggi aku arahkan pandanganku pada hamparan kota yang kembali bangkit dan mengingatkan aku tentang gambar di rumah alia sama persis dengan yang ku lihat sekarang, aku pun mengambil gambar pemandangan kota itu
“ini seperti yang ada di gambar di rumahmu itu alia” kataku,
“iya romantis sekali, mungkin ini tempat yang sama ketika nenek dan kakekku sering bertemu” jawabnya

love and war

Aku mulai pusing dengan setumpuk barang elektronik di sudut kamarku yang tidak terpakai, membuat satu robot saja susahnya minta ampun padahal aku harus memb awanya besok, aku mencoba kembali memikirkan apa saja yang salah dengan robotku ini,
“ahh!! dasar sampah!!” kataku mulai kesal,
bukan tidak mendasar aku bicara seperti itu karena memang aku ambil dari barang-barang rongsokan yang ada di tempat daur ulang,
“coba aku punya uang untuk beli peralatan yang memadai” ketusku menyalahkan diri sendiri,
Aku pun segera pergi ke taman kota dan bertemu alia teman sekelasku, aku sudah menyukainya sejak lama tapi aku masih malu dan ragu,
“hai rio, sudah selesai tugasmu?” tanyanya,
“belum” jawabku,
“kan besok harus sudah dibawa, mau lihat punyaku? Nanti aku bantu punyamu” katanya bergegas mengajakku,
“emm..a..alia, aku ingin bicara sesuatu padamu” kataku grogi sambil menggaruk-garuk kepala,
“apa?” tanyanya,
“aku ingin lihat punyamu” kataku, aku tak sanggup mengatakan perasaan ini padanya, sepertinya alia hanya sedikit tersenyum,
Sebenarnya aku ingin dia menjadi pacarku tapi aku masih takut kalau dia akan menolakku dan membuat pertemanan kami putus,
Kami pun sampai di rumahnya yang begitu asri, ya karena tumbuhan agak mahal harganya keluarga mereka memeiliki ide kreatif untuk membuat replika tumbuhan sendiri pastinya dengan teknologi tumbuhan imitasi itu terlihat lebih indah dengan berbagai spektrum warna,
“rio?” tanyanya mengejutkanku yang sedang asik menikmati halaman rumahnya,
“iya?” kejutku,
“ayo masuk” ujarnya begitu lembut,
Dia pun mengangkat tangannya lalu dia menyentuh smartwacht-nya dengan jari jemarinya yang lentik, seekor kucing menghampiri kami,
“kucing yang manis ”kataku mengelus bulu bulu kucing yang lembut,
“ini robotku” katanya,
“robotmu?” tanyaku agak heran,
“ya” jawabnya singkat,
“bagus sekali, mirip kucing asli” ujarku memujinya, dia hanya tersenyum manis,
“terima kasih, tapi itu belum sepenuhnya” lanjutnya lagi sembari menggendong robot kucing itu,
Aku hanya terdiam tak tahu maksudnya apa,
“mau minum?” tanyanya,
“terima kasih” kataku sambil tersenyum dan mengambil air di tangan alia,
“tunggu ya, aku kesana dulu, duduk saja dulu” katanya lalu bergegas pergi ke sebuah pintu, kurasa itu kamarnya,
“hmm” mataku tertuju pada sebuah gambar entah itu lukisan atau foto di dinding ruang tamu ini aku pun memfotonya untuk kenang kenangan,
“ini mirip sebuah peta” gumamku,
“rio?” lagi lagi dia mengejutkanku,
“alia, gambar apa ini?” tanyaku penasaran,
“entahlah, aku juga tidak tahu nenekku yang membawanya kesini” jawabnya,
“ayo ayo, sebelum hari semakin siang kita selesaikan tugasmu” ujarnya begitu semangat,
 aku pun mengiyakannya dan bergegas keluar tapi alia malah pergi ke sebuah pintu lagi, kurasa itu sebuah garasi, dia mengeluarkan sebuah speedbike sebuah sepeda dengan dengan roba yang berteknologi elektromagnetik, sepeda itu bisa melayang di atas jalanan,
“kau bisa mengendarai sepeda?” katanya, aku menggelengkan kepala, ya sudahlah ayo naik di belakangku, memalukan sekali aku di boncengi oleh seorang wanita tapi mau bagaimana lagi aku harus melakukannya, setelah sampai dia benar benar membantu pekerjaanku hampir 80% bodohnya aku padahal ini pekerjaanku tapi malah alia yang mengerjakan,
Besoknya adalah hari besar, pesta robotika namanya dimana setiap orang berhak ikut mengkonteskan robot mereka dan kami sebagai tuan rumah wajib ikut,
“hai rio” sapa temanku,
“hai ari” balasku,
“jadi juga robotmu, bagus juga” katanya,
“thank’s,..emh.. mendekat” kataku agak berbisik, ari mendekatkan kepalanya,
“aku di bantu alia” bisikku di telinganya, ari tampaknya menahan tawa setelah ku jelaskan,
“he..ba..gus..” katanya masih menahan tawa,
Suasana pesta robotika begitu ramai, aku tak tahan dengan keramaian ini ingin rasanya aku pulang saja, tiba tiba terdengar ledakan di luar gedung, lantai terasa berguncang ruangan ini terlihat ingin runtuh, beberapa bagian temboknya mulai berjatuhan langit langit bergoyang dan menimpa semua orang,
“gedung ini akan runtuh” kataku, aku begitu panik, dan berlari menuju jalan keluar,
“tak ada jalan keluar, kemari ikuti aku” ari menyeret tanganku dan mengikutinya pasrah aku hanya mencoba menghindari dinding dan langit-langit gedung yang berjatuhan,
“gawat, kita terjebak” kata ari,
“apa maksudmu?” teriakku,
“we’ll die” katanya, sesaat setelah ucapan ari itu ledakan kedua terdengar begitu dekat di atas kepala kami, gedung ini benar benar runtuh total gedung yang tingginya 2 lantai ini runtuh menimpa apa yang ada di bawahnya, aku menitikan air mata sesaat sebelum aku benar benar tertimpa reruntuhan,
“ah..” sebuah bongkahan menimpaku dan aku pun tersungkur,
Perlahan aku membuka mata,
“apa yang terjadi?” pikirku penuh tanya,
“apa aku sudah mati?” ujarku,
Aku melihat ke sekeliling, badanku terasa di himpit suatu yang berat aku tak bisa menggerakan badan,
“ah..” rintihku napasku terengah engah tenggorokanku terasa di cekik,
“dimana ini? Kenapa begitu gelap? Ah... Aku terjebak di reruntuhan” keluhku, aku merasakan darah mengalir dari beberapa bagian tubuhku,
“perih..ah..tolong..” rintihku dengan suara parau, aku teriak meminta tolong pada siapapun di sekitar sana tapi sepertinya tak ada orang yang mendengarku, samar samar ku lihat cahaya di belakangku, semakin jelas dan semakin besar, ku lihat sebuah kaki penuh luka di depanku aku tak melihat siapa orang itu karena bagian atas tubuhnya tertimbun reruntuhan, cahaya itu semakin besar,
“mungkin ini akhirnya” kataku, Suara rekahan tembok terdengar jelas,
“seperti ada yang menggaruk garuk temboknya?” gumamku, Sepertinya suara garukan itu berhenti, cahaya sudah terang dan reruntuhan itu sepertinya tidak menghimpitku lagi tapi aku masih belum bisa mengangkat badanku berbalik saja rasanya tak sanggup, tulang tulangku terasa patah, sendi sendiku terasa copot tubuhku benar benar kaku dan remuk,
Sepertinya sesuatu/seseorang yang menolongku menghampiri,
Miaww,
“kucing?” nafasku berhenti melihat seekor kucing mengusap-ngusapkan tubuhnya ke wajahku, kucing itu menaiki badanku sedangkan aku masih tak percaya dengan apa yang di lihat, aku merasa kucing itu sedang mendorong dorong kakiku dengan kepalanya,
“awh..” kataku,
“oke aku akan coba berdiri” kataku pada kucing itu, perlahan aku gerakan tanganku terasa kaku tapi aku coba lalu bagian bagian lain tubuhku mengikutinya, akhirnya aku berdiri walau agak kaku dan sempoyongan,
“aku lapar? Perasaan tadi pagi aku makan” kataku, ku lemparkan mataku di sekeliling tak ada tanda kehidupan hanya reruntuhan bangunan yang tampak lapuk kota tempat tinggalku sudah hancur luluh,
“kau tidak sadarkan diri selama 2 hari” terdengar seseorang mengatakan itu,
“siapa?” kataku membalikan badan dan mengarahkan pandangan ke semua penjuru,
“over here, di bawah mu” kata sesuatu yang tak terlihat itu,
“kucing?” tanyaku,
“kau sudah tanyakan itu 2 kali” katanya,
“aku alia’s cat.. miaww” lanjutnya,
“alia? apa maksudmu? Dimana dia?” aku penuh tanya,
“aku di tugaskan mencari orang ini” kata kucing itu lalu mengeluarkan semacam hologram dari matanya,
“itu aku? Hei itukan saat aku di rumah alia kemarin, tunggu...kau robot kucingnya alia?” tanyaku,
Kucing itu menganggukan kepala,
“dimana alia?” hatiku terasa sakit kalau harus kehilangannya,
“dia bersembunyi” ujar kucing itu,
“bawa aku ke sana!..tunggu...” kataku penuh semangat lalu aku mengangkat puing puing reruntuhan dan ku temukan seseorang tergeletak tak sadarkan diri,
“denyut jantungnya lemah” kata kucing itu,
“ari?” aku terbelalak melihat temanku penuh luka dan tidak berdaya tubuhnya yang putih sekarang terlihat begitu pucat wajahnya yang tampan kini penuh luka,
“ari bangun ri” kataku menggoyangkan tubuhnya,
“ayo ayo bawa aku ke tempat persembunyian alia” kataku sambil berusaha menggendong ari,
“cepat!” lanjutku, aku mengikuti kucing itu pergi, di tengah perjalanan kucing itu tiba tiba berhenti,
“kenapa kau berhenti? Dia tak bisa bertahan lama” kataku,
“aku mendeteksi sesuatu” kata kucing itu,
Sebuah langkahan sesuatu menyeruak di telingaku aku pun berkeringat dingin, aku segera pergi ke sebuah reruntuhan tembok untuk bersembunyi,
“matilah aku” kataku pesimis,
Terdengar suara perbincangan,
“apa yang kau dapat?” tanya seseorang disana sepertinya dengan temannya,
“ terdeteksi kehidupan di balik tembok itu” suara itu mirip robot,
“tembok?” gumamku,
“tembak tembok itu kurasa militer sedang memata matai kita” kata seorang lagi,
Di tembaknya tembok ini tapi aku beruntung dapat melarikan diri sebelum tembok itu di tembak dan meledak,
“sensornya mencapai ketebalan 2 meter” kata kucing itu,
“terima kasih kucing” kataku,
“sama sama” jawabnya,
“jadi kemana kita pergi?” tanyaku pada kucing itu,
“kalian tidak akan bisa mengelabuiku” teriak seseorang,
“orang itu?” kataku terkejut,
“ambil ini lalu lempar ke arah mereka” kata kucing itu mengeluarkan sesuatu dari perutnya berbentuk bulat mirip bola tenis,
aku mengambilnya ku letakan ari dengan hati hati, aku menunjukan wajahku pada mereka walau ragu apa boleh buat aku harus melakukannya, tampak 2 orang berkaca mata menatapku tajam dengan sebuah robot humanoid yang siap menembak di depan mereka,
“iyah..”aku melemparkan bola itu dan langsung pergi terdengar suara ledakan dari arah belakangku aku pun melompat jauh, lalu terdengar ledakan kedua di tempat mereka,
“apa mereka tewas?”dari balik tembok mataku melihat mereka semua tersungkur,
“ayo pergi” kataku, aku kembali mengendong ari yang suhu tubuhnya semakin mendingin,
“cepat cepat” kataku pada kucing itu, aku berjalan setengah berlari karena gendonganku, suara desingan peluru kembali terdengar,
“seseorang mengejar kita” kataku, aku mempercepat langkahku,
“sepertinya mereka tidak mati semua” kataku lagi,
“ah..” tiba tiba aku terjerumus pada sebuah lubang cukup besar yang menganga,
Byarrrr terjatuh pada aliran air di bawah tanah, aku berusaha meraih ari yang mulai tenggelam, aku cukup kewalahan karena aku tidak bisa berenang aku mencoba meraih ari tapi apa daya aku malah tenggelam dan tak ingat apa-apa,
Uhuk aku sadar dan memuntahkan sejumlah air, napasku terengah-engah, aku melihat seseorang di sampingku
“ari? Ari?...” kataku begitu lemah terdengar penuh kekhawatiran,
“dia ada di tempat tidur rio” kata orang itu,
“rika?” aku mulai bangkit menyadarinya,
“ya?” katanya,
“dimana ini? Dan dimana ari?”tanyaku,
“di tempat persembunyian kami, alia’s cat yang membawa kalian, alia sedang merawatnya” jawabnya,
“alia?” aku pun segera bangkit, aku pun mencari alia ku lihat dari sebuah celah seperti jendela tua alia tampak khawatir dengan ari, alia mengusap lembut wajah ari yang tampan itu, timbul gejolak di hatiku tapi aku akui aku berbeda jauh dari ari tak mungkin bisa aku menyainginya,
“i love you alia, hanya itu yang ingin ku ucapkan dari dulu tapi mungkin aku tak bisa memilikimu” kata kata itu terucap begitu saja tak keras tapi cukup terdengar di telinga tanpa sadar mataku berkaca kaca,
“rio?”  kata alia,
“aku kira kau....” lanjutnya memelukku erat,
“aku tahu kau tidak bisa berenang..he..tapi aku bersyukur kau selamat” lanjutnya lagi dengan sedikit tertawa sambil menitikan air mata,
“sudahlah” kataku melepaskan pelukannya seolah tak peduli karena hatiku telah tertutup cemburu,
“bagaimana keadaannya?” tanyaku,
“buruk, denyut jantungnya kian melemah hampir hampir aku tidak bisa merasakannya” jawabnya, aku begitu iba tapi aku juga cemburu buta dengannya,
“apa kalian di ikuti sewaktu kalian kesini?” teriak rika dari kejauhan,
“sepertinya....” ucapku belum selesai,
Duarrrrr suara ledakan begitu keras meruntuhkan beberapa dinding yang telah lapuk,
“mereka menyerang” kata rika,
“apa motif mereka menyerang kota?” tanyaku,
“jangan tanya aku, bantuan militer belum datang?” kata alia,
“belum, rio kita tak tahu apa maksud mereka” jawab rika, alia kembali pergi ke dalam, lalu keluar lagi membawa senjata lengkap,
“alia’s cat ayo mode bertempur” katanya begitu tegas,
“hei hei kau mau kemana?” aku menahan lajunya,
“menyerang mereka” katanya, alia yang lembut kini berubah bak seekor singa betina yang mencari mangsa,
“aku juga, jaga ari” kata rika menyusul alia yang entah kapan dia bawa senjata,
“aku?” aku penuh keheranan dan keterkejutan, aku juga kesal karena sepertinya aku di anggap lemah,
“aku akan menyusul mereka” kataku,
aku pun menyusuri lorong lorong di dekat sungai bawah tanah itu, menembaki setiap robot yang mencoba masuk,
“banyak sekali mereka... euah...euah..” keluhku sambil menyingkirkan mereka,
“rasakan ini, rasakan ini” kataku terus menembaki, tapi bukannya berkurang jumlah mereka semakin banyak dan aku terkepung di antara mereka,
“jadi orang ini yang membunuh jendralku” kata seseorang yang melayang dengan sebuah benda berbentuk setengah bola padat,
“habisi dia” katanya, melawan percuma tidak melawan sama saja mati, tiba tiba seseorang mengait bajuku sehingga aku terbawa terbang,
“tembak!!!” teriak orang itu, tembakan mereka semua meleset aku juga memabalas tembakan mereka dengan membabi buta, orang yang mengaitku tadi menjatuhkanku perlahan,
“kini kau jadi sasarannya” katanya,
“alia? Kau? Speedbikemu terbang tinggi?” tanyaku,
“kau heran rio? Aku memang sudah merancang speedbike dengan dorongan turbo di bagian bawah” jelasnya,
“kreatif” sempat sempatnya aku memuji di tengah tengah suasana genting,
“ayo ayo naik” kata alia dengan wajah cemas,
“aku tak sangka di selamatkan seorang gadis” kataku,
“sepertinya tidak” kata alia,
“apa?” tanyaku keheranan,
“jalan buntu” katanya, alia menepikan sepedanya,
“apa yang harus kita lakukan?” tanyanya,
“melawan!” kata kataku seolah seorang pemberani,
“naiki sepedanya, cepat” ujarku, dia mendekati sepedanya walau dia ragu,
“mau apa kau?” tanyanya,
“cepat pergi dari sini, aku akan mengalihkan perhatian mereka” kataku,
“tapi...” katanya ragu,
“cepat jangan membantah, mungkin untuk inilah aku ciptakan” kataku penuh keputus asaan dan rasa amarah,
“kau tidak di ciptakan untuk ini rio, kau di ciptakan untukku” kata katanya mengggetarkan hatiku tapi apa mau di kata ini keadaan mendesak,
“kau pergilah cari bantuan militer, tuntun mereka kesini biar aku sudah jadi mayat pun usahaku tidak sia sia” ujarku,
“baiklah, kalau itu maumu” kata alia mulai meraih sepedanya,
“aku juga mencintaimu rio, kau tak perlu cemburu dengan ari” katanya lalu bergegas pergi, aku mendengarkannya batinku campur aduk, penyesalan, senang dan takut menjadi satu aku menatapnya, dia pun mengayuh sepedanya melewati kelompok robot itu dengan mulus karena aku mengalihkan perhatian mereka, setelah berapa jauh dia menengok ke arahku dengan wajah sendu lalu berpaling lagi dengan kecepatan maksimal,
“bagaimana aku bisa bertahan ini, tak ada tempatku sembunyi masa aku harus terus menghindari tembakan mereka” gumamku,
“ah..” teriakku tangan kiriku terkena pelurunya pistol di tangan kiriku terjatuh,
Secara membabi buta mereka menyerang, satu demi satu anggota badanku di tembus timah panas, aku terjatuh tak berdaya,
“hentikan” suara teriakan seseorang, tembakan pun terhenti,
“ini bagianku” sahutnya lagi,
Orang itu mendekat tepat di atas kepalaku lalu menjambak erat rambutku dan mengangkat kepalaku, napasku terengah tak berdaya dalam keadaan tengkurap,
“kau sepertinya akan mati walau tidak ku habisi”katanya lalu membenturkan wajahku ke lantai lorong yang becek darah mengalir dari hidungku,
“Tapi untuk memastikan itu”, dia menodongkan senjata laras panjang ke tubuhku tepat di bagian punggung perut,
“aku ingin menghabisimu perlahan” lanjutnya dengan tawa yang menggelegar tetapi keajaiban terjadi, tembok di atas mereka mulai bergetar dan runtuh menimpa para robotnya,
“apa yang terjadi?” kata orang itu membalikan badannya dan menatap ke atas lorong, aku meraih pistolku yang tidak begitu jauh dan ku tembakan pistol itu ke arahnya tepat menembus bagian dada, dia pun mengerang dan jatuh tersungkur,
“ha..ha.. rasakan itu..aku sekarang bisa tenang..” kataku yang sempat sempatnya tertawa,
“rio!!” teriak seorang wanita yang ku kenali, dia masih mengendarai speedbike,
Dia turun dengan bergegas lalu membalikan badanku dan merangkulku di pelukannya, tangisnya pecah di antara suara tembakan yang masih terdengar,
“rio!! Maafkan aku” ucap alia,
“untuk apa? Tidak ada yang perlu di maafkan.. aku yang harus minta maaf..” ucapku lalu berhenti suasana menjadi gelap terdengar suara teriakan alia di telingaku memanggilku perlahan lalu menghilang,
Perlahan aku kembali membuka mata terlihat rika dan alia sedang duduk di samping ranjang,
“sudah berapa kali aku pingsan belakangan ini?” tanyaku, wajah alia menjadi ceria kembali,
Dia memelukku begitu erat, ah..aw..
“maaf rio” ujar alia tersenyum dengan tetesan air mata bahagianya lalu melepas pelukannya,
“berapa hari aku disini?” tanyaku,
“aku merasa bertahun tahun kehilanganmu” jawab alia membuatku kaget,
“kau lebay alia, sudah sekitar 4 hari mungkin” jawab rika,
“selama itu? Di-dimana ari? Apa dia baik-baik saja?” tanyaku,
“di-dia....” ujar mereka begitu banyak berpikir,
“aku disini rio, terima kasih kau menyelamatkanku dan aku maafkan rasa cemburumu”kata ari mendekat, aku keheranan sepertinya mereka membeberkan semua ceritaku padanya,
“maaf, sebenarnya aku memata mataimu melalui robotmu yang ku pasang kamera” ujar alia,
“apa? kau memata mataiku? Ah.. mungkin itulah yang menyelamatkanku” balasku,
“boleh aku naik speedbikemu lagi alia?” tanyaku, dia tersenyum mengiyakan,
Aku pun terbang bersamanya tentu kali ini aku yang memboncenginya, setelah sampai di puncak sebuah gedung tertinggi aku arahkan pandanganku pada hamparan kota yang kembali bangkit dan mengingatkan aku tentang gambar di rumah alia sama persis dengan yang ku lihat sekarang, aku pun mengambil gambar pemandangan kota itu
“ini seperti yang ada di gambar di rumahmu itu alia” kataku,
“iya romantis sekali, mungkin ini tempat yang sama ketika nenek dan kakekku sering bertemu” jawabnya

love and war

Aku mulai pusing dengan setumpuk barang elektronik di sudut kamarku yang tidak terpakai, membuat satu robot saja susahnya minta ampun padahal aku harus memb awanya besok, aku mencoba kembali memikirkan apa saja yang salah dengan robotku ini,
“ahh!! dasar sampah!!” kataku mulai kesal,
bukan tidak mendasar aku bicara seperti itu karena memang aku ambil dari barang-barang rongsokan yang ada di tempat daur ulang,
“coba aku punya uang untuk beli peralatan yang memadai” ketusku menyalahkan diri sendiri,
Aku pun segera pergi ke taman kota dan bertemu alia teman sekelasku, aku sudah menyukainya sejak lama tapi aku masih malu dan ragu,
“hai rio, sudah selesai tugasmu?” tanyanya,
“belum” jawabku,
“kan besok harus sudah dibawa, mau lihat punyaku? Nanti aku bantu punyamu” katanya bergegas mengajakku,
“emm..a..alia, aku ingin bicara sesuatu padamu” kataku grogi sambil menggaruk-garuk kepala,
“apa?” tanyanya,
“aku ingin lihat punyamu” kataku, aku tak sanggup mengatakan perasaan ini padanya, sepertinya alia hanya sedikit tersenyum,
Sebenarnya aku ingin dia menjadi pacarku tapi aku masih takut kalau dia akan menolakku dan membuat pertemanan kami putus,
Kami pun sampai di rumahnya yang begitu asri, ya karena tumbuhan agak mahal harganya keluarga mereka memeiliki ide kreatif untuk membuat replika tumbuhan sendiri pastinya dengan teknologi tumbuhan imitasi itu terlihat lebih indah dengan berbagai spektrum warna,
“rio?” tanyanya mengejutkanku yang sedang asik menikmati halaman rumahnya,
“iya?” kejutku,
“ayo masuk” ujarnya begitu lembut,
Dia pun mengangkat tangannya lalu dia menyentuh smartwacht-nya dengan jari jemarinya yang lentik, seekor kucing menghampiri kami,
“kucing yang manis ”kataku mengelus bulu bulu kucing yang lembut,
“ini robotku” katanya,
“robotmu?” tanyaku agak heran,
“ya” jawabnya singkat,
“bagus sekali, mirip kucing asli” ujarku memujinya, dia hanya tersenyum manis,
“terima kasih, tapi itu belum sepenuhnya” lanjutnya lagi sembari menggendong robot kucing itu,
Aku hanya terdiam tak tahu maksudnya apa,
“mau minum?” tanyanya,
“terima kasih” kataku sambil tersenyum dan mengambil air di tangan alia,
“tunggu ya, aku kesana dulu, duduk saja dulu” katanya lalu bergegas pergi ke sebuah pintu, kurasa itu kamarnya,
“hmm” mataku tertuju pada sebuah gambar entah itu lukisan atau foto di dinding ruang tamu ini aku pun memfotonya untuk kenang kenangan,
“ini mirip sebuah peta” gumamku,
“rio?” lagi lagi dia mengejutkanku,
“alia, gambar apa ini?” tanyaku penasaran,
“entahlah, aku juga tidak tahu nenekku yang membawanya kesini” jawabnya,
“ayo ayo, sebelum hari semakin siang kita selesaikan tugasmu” ujarnya begitu semangat,
 aku pun mengiyakannya dan bergegas keluar tapi alia malah pergi ke sebuah pintu lagi, kurasa itu sebuah garasi, dia mengeluarkan sebuah speedbike sebuah sepeda dengan dengan roba yang berteknologi elektromagnetik, sepeda itu bisa melayang di atas jalanan,
“kau bisa mengendarai sepeda?” katanya, aku menggelengkan kepala, ya sudahlah ayo naik di belakangku, memalukan sekali aku di boncengi oleh seorang wanita tapi mau bagaimana lagi aku harus melakukannya, setelah sampai dia benar benar membantu pekerjaanku hampir 80% bodohnya aku padahal ini pekerjaanku tapi malah alia yang mengerjakan,
Besoknya adalah hari besar, pesta robotika namanya dimana setiap orang berhak ikut mengkonteskan robot mereka dan kami sebagai tuan rumah wajib ikut,
“hai rio” sapa temanku,
“hai ari” balasku,
“jadi juga robotmu, bagus juga” katanya,
“thank’s,..emh.. mendekat” kataku agak berbisik, ari mendekatkan kepalanya,
“aku di bantu alia” bisikku di telinganya, ari tampaknya menahan tawa setelah ku jelaskan,
“he..ba..gus..” katanya masih menahan tawa,
Suasana pesta robotika begitu ramai, aku tak tahan dengan keramaian ini ingin rasanya aku pulang saja, tiba tiba terdengar ledakan di luar gedung, lantai terasa berguncang ruangan ini terlihat ingin runtuh, beberapa bagian temboknya mulai berjatuhan langit langit bergoyang dan menimpa semua orang,
“gedung ini akan runtuh” kataku, aku begitu panik, dan berlari menuju jalan keluar,
“tak ada jalan keluar, kemari ikuti aku” ari menyeret tanganku dan mengikutinya pasrah aku hanya mencoba menghindari dinding dan langit-langit gedung yang berjatuhan,
“gawat, kita terjebak” kata ari,
“apa maksudmu?” teriakku,
“we’ll die” katanya, sesaat setelah ucapan ari itu ledakan kedua terdengar begitu dekat di atas kepala kami, gedung ini benar benar runtuh total gedung yang tingginya 2 lantai ini runtuh menimpa apa yang ada di bawahnya, aku menitikan air mata sesaat sebelum aku benar benar tertimpa reruntuhan,
“ah..” sebuah bongkahan menimpaku dan aku pun tersungkur,
Perlahan aku membuka mata,
“apa yang terjadi?” pikirku penuh tanya,
“apa aku sudah mati?” ujarku,
Aku melihat ke sekeliling, badanku terasa di himpit suatu yang berat aku tak bisa menggerakan badan,
“ah..” rintihku napasku terengah engah tenggorokanku terasa di cekik,
“dimana ini? Kenapa begitu gelap? Ah... Aku terjebak di reruntuhan” keluhku, aku merasakan darah mengalir dari beberapa bagian tubuhku,
“perih..ah..tolong..” rintihku dengan suara parau, aku teriak meminta tolong pada siapapun di sekitar sana tapi sepertinya tak ada orang yang mendengarku, samar samar ku lihat cahaya di belakangku, semakin jelas dan semakin besar, ku lihat sebuah kaki penuh luka di depanku aku tak melihat siapa orang itu karena bagian atas tubuhnya tertimbun reruntuhan, cahaya itu semakin besar,
“mungkin ini akhirnya” kataku, Suara rekahan tembok terdengar jelas,
“seperti ada yang menggaruk garuk temboknya?” gumamku, Sepertinya suara garukan itu berhenti, cahaya sudah terang dan reruntuhan itu sepertinya tidak menghimpitku lagi tapi aku masih belum bisa mengangkat badanku berbalik saja rasanya tak sanggup, tulang tulangku terasa patah, sendi sendiku terasa copot tubuhku benar benar kaku dan remuk,
Sepertinya sesuatu/seseorang yang menolongku menghampiri,
Miaww,
“kucing?” nafasku berhenti melihat seekor kucing mengusap-ngusapkan tubuhnya ke wajahku, kucing itu menaiki badanku sedangkan aku masih tak percaya dengan apa yang di lihat, aku merasa kucing itu sedang mendorong dorong kakiku dengan kepalanya,
“awh..” kataku,
“oke aku akan coba berdiri” kataku pada kucing itu, perlahan aku gerakan tanganku terasa kaku tapi aku coba lalu bagian bagian lain tubuhku mengikutinya, akhirnya aku berdiri walau agak kaku dan sempoyongan,
“aku lapar? Perasaan tadi pagi aku makan” kataku, ku lemparkan mataku di sekeliling tak ada tanda kehidupan hanya reruntuhan bangunan yang tampak lapuk kota tempat tinggalku sudah hancur luluh,
“kau tidak sadarkan diri selama 2 hari” terdengar seseorang mengatakan itu,
“siapa?” kataku membalikan badan dan mengarahkan pandangan ke semua penjuru,
“over here, di bawah mu” kata sesuatu yang tak terlihat itu,
“kucing?” tanyaku,
“kau sudah tanyakan itu 2 kali” katanya,
“aku alia’s cat.. miaww” lanjutnya,
“alia? apa maksudmu? Dimana dia?” aku penuh tanya,
“aku di tugaskan mencari orang ini” kata kucing itu lalu mengeluarkan semacam hologram dari matanya,
“itu aku? Hei itukan saat aku di rumah alia kemarin, tunggu...kau robot kucingnya alia?” tanyaku,
Kucing itu menganggukan kepala,
“dimana alia?” hatiku terasa sakit kalau harus kehilangannya,
“dia bersembunyi” ujar kucing itu,
“bawa aku ke sana!..tunggu...” kataku penuh semangat lalu aku mengangkat puing puing reruntuhan dan ku temukan seseorang tergeletak tak sadarkan diri,
“denyut jantungnya lemah” kata kucing itu,
“ari?” aku terbelalak melihat temanku penuh luka dan tidak berdaya tubuhnya yang putih sekarang terlihat begitu pucat wajahnya yang tampan kini penuh luka,
“ari bangun ri” kataku menggoyangkan tubuhnya,
“ayo ayo bawa aku ke tempat persembunyian alia” kataku sambil berusaha menggendong ari,
“cepat!” lanjutku, aku mengikuti kucing itu pergi, di tengah perjalanan kucing itu tiba tiba berhenti,
“kenapa kau berhenti? Dia tak bisa bertahan lama” kataku,
“aku mendeteksi sesuatu” kata kucing itu,
Sebuah langkahan sesuatu menyeruak di telingaku aku pun berkeringat dingin, aku segera pergi ke sebuah reruntuhan tembok untuk bersembunyi,
“matilah aku” kataku pesimis,
Terdengar suara perbincangan,
“apa yang kau dapat?” tanya seseorang disana sepertinya dengan temannya,
“ terdeteksi kehidupan di balik tembok itu” suara itu mirip robot,
“tembok?” gumamku,
“tembak tembok itu kurasa militer sedang memata matai kita” kata seorang lagi,
Di tembaknya tembok ini tapi aku beruntung dapat melarikan diri sebelum tembok itu di tembak dan meledak,
“sensornya mencapai ketebalan 2 meter” kata kucing itu,
“terima kasih kucing” kataku,
“sama sama” jawabnya,
“jadi kemana kita pergi?” tanyaku pada kucing itu,
“kalian tidak akan bisa mengelabuiku” teriak seseorang,
“orang itu?” kataku terkejut,
“ambil ini lalu lempar ke arah mereka” kata kucing itu mengeluarkan sesuatu dari perutnya berbentuk bulat mirip bola tenis,
aku mengambilnya ku letakan ari dengan hati hati, aku menunjukan wajahku pada mereka walau ragu apa boleh buat aku harus melakukannya, tampak 2 orang berkaca mata menatapku tajam dengan sebuah robot humanoid yang siap menembak di depan mereka,
“iyah..”aku melemparkan bola itu dan langsung pergi terdengar suara ledakan dari arah belakangku aku pun melompat jauh, lalu terdengar ledakan kedua di tempat mereka,
“apa mereka tewas?”dari balik tembok mataku melihat mereka semua tersungkur,
“ayo pergi” kataku, aku kembali mengendong ari yang suhu tubuhnya semakin mendingin,
“cepat cepat” kataku pada kucing itu, aku berjalan setengah berlari karena gendonganku, suara desingan peluru kembali terdengar,
“seseorang mengejar kita” kataku, aku mempercepat langkahku,
“sepertinya mereka tidak mati semua” kataku lagi,
“ah..” tiba tiba aku terjerumus pada sebuah lubang cukup besar yang menganga,
Byarrrr terjatuh pada aliran air di bawah tanah, aku berusaha meraih ari yang mulai tenggelam, aku cukup kewalahan karena aku tidak bisa berenang aku mencoba meraih ari tapi apa daya aku malah tenggelam dan tak ingat apa-apa,
Uhuk aku sadar dan memuntahkan sejumlah air, napasku terengah-engah, aku melihat seseorang di sampingku
“ari? Ari?...” kataku begitu lemah terdengar penuh kekhawatiran,
“dia ada di tempat tidur rio” kata orang itu,
“rika?” aku mulai bangkit menyadarinya,
“ya?” katanya,
“dimana ini? Dan dimana ari?”tanyaku,
“di tempat persembunyian kami, alia’s cat yang membawa kalian, alia sedang merawatnya” jawabnya,
“alia?” aku pun segera bangkit, aku pun mencari alia ku lihat dari sebuah celah seperti jendela tua alia tampak khawatir dengan ari, alia mengusap lembut wajah ari yang tampan itu, timbul gejolak di hatiku tapi aku akui aku berbeda jauh dari ari tak mungkin bisa aku menyainginya,
“i love you alia, hanya itu yang ingin ku ucapkan dari dulu tapi mungkin aku tak bisa memilikimu” kata kata itu terucap begitu saja tak keras tapi cukup terdengar di telinga tanpa sadar mataku berkaca kaca,
“rio?”  kata alia,
“aku kira kau....” lanjutnya memelukku erat,
“aku tahu kau tidak bisa berenang..he..tapi aku bersyukur kau selamat” lanjutnya lagi dengan sedikit tertawa sambil menitikan air mata,
“sudahlah” kataku melepaskan pelukannya seolah tak peduli karena hatiku telah tertutup cemburu,
“bagaimana keadaannya?” tanyaku,
“buruk, denyut jantungnya kian melemah hampir hampir aku tidak bisa merasakannya” jawabnya, aku begitu iba tapi aku juga cemburu buta dengannya,
“apa kalian di ikuti sewaktu kalian kesini?” teriak rika dari kejauhan,
“sepertinya....” ucapku belum selesai,
Duarrrrr suara ledakan begitu keras meruntuhkan beberapa dinding yang telah lapuk,
“mereka menyerang” kata rika,
“apa motif mereka menyerang kota?” tanyaku,
“jangan tanya aku, bantuan militer belum datang?” kata alia,
“belum, rio kita tak tahu apa maksud mereka” jawab rika, alia kembali pergi ke dalam, lalu keluar lagi membawa senjata lengkap,
“alia’s cat ayo mode bertempur” katanya begitu tegas,
“hei hei kau mau kemana?” aku menahan lajunya,
“menyerang mereka” katanya, alia yang lembut kini berubah bak seekor singa betina yang mencari mangsa,
“aku juga, jaga ari” kata rika menyusul alia yang entah kapan dia bawa senjata,
“aku?” aku penuh keheranan dan keterkejutan, aku juga kesal karena sepertinya aku di anggap lemah,
“aku akan menyusul mereka” kataku,
aku pun menyusuri lorong lorong di dekat sungai bawah tanah itu, menembaki setiap robot yang mencoba masuk,
“banyak sekali mereka... euah...euah..” keluhku sambil menyingkirkan mereka,
“rasakan ini, rasakan ini” kataku terus menembaki, tapi bukannya berkurang jumlah mereka semakin banyak dan aku terkepung di antara mereka,
“jadi orang ini yang membunuh jendralku” kata seseorang yang melayang dengan sebuah benda berbentuk setengah bola padat,
“habisi dia” katanya, melawan percuma tidak melawan sama saja mati, tiba tiba seseorang mengait bajuku sehingga aku terbawa terbang,
“tembak!!!” teriak orang itu, tembakan mereka semua meleset aku juga memabalas tembakan mereka dengan membabi buta, orang yang mengaitku tadi menjatuhkanku perlahan,
“kini kau jadi sasarannya” katanya,
“alia? Kau? Speedbikemu terbang tinggi?” tanyaku,
“kau heran rio? Aku memang sudah merancang speedbike dengan dorongan turbo di bagian bawah” jelasnya,
“kreatif” sempat sempatnya aku memuji di tengah tengah suasana genting,
“ayo ayo naik” kata alia dengan wajah cemas,
“aku tak sangka di selamatkan seorang gadis” kataku,
“sepertinya tidak” kata alia,
“apa?” tanyaku keheranan,
“jalan buntu” katanya, alia menepikan sepedanya,
“apa yang harus kita lakukan?” tanyanya,
“melawan!” kata kataku seolah seorang pemberani,
“naiki sepedanya, cepat” ujarku, dia mendekati sepedanya walau dia ragu,
“mau apa kau?” tanyanya,
“cepat pergi dari sini, aku akan mengalihkan perhatian mereka” kataku,
“tapi...” katanya ragu,
“cepat jangan membantah, mungkin untuk inilah aku ciptakan” kataku penuh keputus asaan dan rasa amarah,
“kau tidak di ciptakan untuk ini rio, kau di ciptakan untukku” kata katanya mengggetarkan hatiku tapi apa mau di kata ini keadaan mendesak,
“kau pergilah cari bantuan militer, tuntun mereka kesini biar aku sudah jadi mayat pun usahaku tidak sia sia” ujarku,
“baiklah, kalau itu maumu” kata alia mulai meraih sepedanya,
“aku juga mencintaimu rio, kau tak perlu cemburu dengan ari” katanya lalu bergegas pergi, aku mendengarkannya batinku campur aduk, penyesalan, senang dan takut menjadi satu aku menatapnya, dia pun mengayuh sepedanya melewati kelompok robot itu dengan mulus karena aku mengalihkan perhatian mereka, setelah berapa jauh dia menengok ke arahku dengan wajah sendu lalu berpaling lagi dengan kecepatan maksimal,
“bagaimana aku bisa bertahan ini, tak ada tempatku sembunyi masa aku harus terus menghindari tembakan mereka” gumamku,
“ah..” teriakku tangan kiriku terkena pelurunya pistol di tangan kiriku terjatuh,
Secara membabi buta mereka menyerang, satu demi satu anggota badanku di tembus timah panas, aku terjatuh tak berdaya,
“hentikan” suara teriakan seseorang, tembakan pun terhenti,
“ini bagianku” sahutnya lagi,
Orang itu mendekat tepat di atas kepalaku lalu menjambak erat rambutku dan mengangkat kepalaku, napasku terengah tak berdaya dalam keadaan tengkurap,
“kau sepertinya akan mati walau tidak ku habisi”katanya lalu membenturkan wajahku ke lantai lorong yang becek darah mengalir dari hidungku,
“Tapi untuk memastikan itu”, dia menodongkan senjata laras panjang ke tubuhku tepat di bagian punggung perut,
“aku ingin menghabisimu perlahan” lanjutnya dengan tawa yang menggelegar tetapi keajaiban terjadi, tembok di atas mereka mulai bergetar dan runtuh menimpa para robotnya,
“apa yang terjadi?” kata orang itu membalikan badannya dan menatap ke atas lorong, aku meraih pistolku yang tidak begitu jauh dan ku tembakan pistol itu ke arahnya tepat menembus bagian dada, dia pun mengerang dan jatuh tersungkur,
“ha..ha.. rasakan itu..aku sekarang bisa tenang..” kataku yang sempat sempatnya tertawa,
“rio!!” teriak seorang wanita yang ku kenali, dia masih mengendarai speedbike,
Dia turun dengan bergegas lalu membalikan badanku dan merangkulku di pelukannya, tangisnya pecah di antara suara tembakan yang masih terdengar,
“rio!! Maafkan aku” ucap alia,
“untuk apa? Tidak ada yang perlu di maafkan.. aku yang harus minta maaf..” ucapku lalu berhenti suasana menjadi gelap terdengar suara teriakan alia di telingaku memanggilku perlahan lalu menghilang,
Perlahan aku kembali membuka mata terlihat rika dan alia sedang duduk di samping ranjang,
“sudah berapa kali aku pingsan belakangan ini?” tanyaku, wajah alia menjadi ceria kembali,
Dia memelukku begitu erat, ah..aw..
“maaf rio” ujar alia tersenyum dengan tetesan air mata bahagianya lalu melepas pelukannya,
“berapa hari aku disini?” tanyaku,
“aku merasa bertahun tahun kehilanganmu” jawab alia membuatku kaget,
“kau lebay alia, sudah sekitar 4 hari mungkin” jawab rika,
“selama itu? Di-dimana ari? Apa dia baik-baik saja?” tanyaku,
“di-dia....” ujar mereka begitu banyak berpikir,
“aku disini rio, terima kasih kau menyelamatkanku dan aku maafkan rasa cemburumu”kata ari mendekat, aku keheranan sepertinya mereka membeberkan semua ceritaku padanya,
“maaf, sebenarnya aku memata mataimu melalui robotmu yang ku pasang kamera” ujar alia,
“apa? kau memata mataiku? Ah.. mungkin itulah yang menyelamatkanku” balasku,
“boleh aku naik speedbikemu lagi alia?” tanyaku, dia tersenyum mengiyakan,
Aku pun terbang bersamanya tentu kali ini aku yang memboncenginya, setelah sampai di puncak sebuah gedung tertinggi aku arahkan pandanganku pada hamparan kota yang kembali bangkit dan mengingatkan aku tentang gambar di rumah alia sama persis dengan yang ku lihat sekarang, aku pun mengambil gambar pemandangan kota itu
“ini seperti yang ada di gambar di rumahmu itu alia” kataku,
“iya romantis sekali, mungkin ini tempat yang sama ketika nenek dan kakekku sering bertemu” jawabnya